Jumat, 15 Juni 2012

Peran Kecil Kita Untuk Indonesia Tercinta

     Apakah anda pernah berfikir apa yang telah anda lakukan untuk negara Indonesia tercinta ini? Mungkin anda mengganggap ini adalah langkah kecil bahkan terlalu kecil hingga dirasa tak bermanfaat. Inilah bentuk kepedulian saya terhadap negaraku Indonesia. 

     Pernahkah anda mendengar komunitas Internet Cerdas Indonesia? Jika anda belum pernah mendengarnya maka segera arahkan browser anda ke http://www.internetcerdasindonesia.org/ mereka adalah pemuda-pemudi yang cinta terhadap Indonesia. 

      Here we goes........ disana ada artikel mengenai cara menghemat KUNJUNGAN KERJA dengan memanfaatkan fasilitas internet. Melelui artikel tersebut kita akan mengetahui betapa besar manfaat dari internet dan yang terpenting adalah dengan memaksimalkan manfaat internet para stakeholder dapat menghemat budget. Anda harus penesaran dan baca sampai tuntas artikel tersebut http://internetcerdasindonesia.org/press-release-gerakan-internet-cerdas-untuk-mengurangi-kunker/  Dan kenali lebih dekat komunitas ICI dan saya menunggu partisipasi anda.

      Satu langkah kecil dan cerdas untuk Indonesia kita.

Senin, 11 Juni 2012

“Rasa Syukur” Yang Salah


            Terlepas dari polemik pelaksanaan Ujian Nasional (UN), sampai saat ini UN masih tetap dijalankan tentunya dengan berbagai perbaikan dan penyempurnaan. Beberapa kalangan menilai UN bukanlah satu-satunya jalan keluar untuk mensejajarkan posisi pendidikan Indonesia dengan negara tetangga. Hal tersebut didasarkan atas penilaian bahwa UN justru memberikan dampak negatif yaitu membuat siswa tertekan dan cenderung takut untuk menghadapi UN karena waktu 3 tahun sekolah hanya akan ditentukan dalam waktu 3 hari dan hanya dengan beberapa mata pelajaran tertentu yang notabene pelajaran “momok”. Selain itu disebutkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia belum merata khususnya dibeberapa daerah terpencil dan beberapa daerah luar pulau Jawa, jadi dengan standart nilai UN yang sama di seluruh Indonesia maka akan dianggap berat bagi mereka yang berada di daerah terpencil.

            Namun semua argumen tersebut tidak menggoyahkan hati pemerintah khususnya Bapak Mohammad Nuh selaku Mendiknas saat ini. Beliau beranggapan bahwa UN harus tetap dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. UN sejatinya adalah sebagai ujian akhir atau sejenis tes formatif untuk memastikan bahwa keluaran sekolah dasar atau sekolah menengah mempunyai standart nilai yang dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan untuk menanggapi ketakutan siswa yang berlebihan terhadap UN dan perbedaan kualitas pendidikan di Indonesia pihaknya menyampaikan bahwa ini adalah pembangkitan peran guru dan sekolah yang bertugas untuk menyiapkan siswa mereka dalam menghadapi UN. Persiapan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian materi yang mendalam dan penataan psikologis siswa . Pihaknya menambahkan inilah salah satu tujuan dari UN yaitu sebagai alat evaluasi. Dengan evaluasi pelaksanaan hasil UN maka kita akan mengetahui apa yang harus ditingkatkan oleh masing-masing satuan pendidikan apabila ternyata instansi mereka termasuk dalam kategori dibawah standart.

            Sampai disini saya menilai terdapat tujuan baik dengan menilai pelaksanaan UN sebagai salah satu alat evaluasi menyeluruh. Tidak hanya untuk guru, sekolah, bahkan sampai dengan kementerian pendidikan nasional sekalipun. Tadi adalah seputar argument perencanaan pelaksanaan UN, bagaimana dengan yang terjadi dilapangan? Pengumuman kelulusan SMA telah kita lalui beberapa hari yang lalu tepatnya hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012. Pelaksanaan ditingkat SMA masih ditemukan isu bocoran kunci jawaban yang beredar dikalangan pelajar. Pemerintah telah menghimbau kepada semua pihak khususnya siswa untuk tidak terkecoh, karena sistem penyerahan soal mulai dari pencetakan hingga cara pendistribusian soal sudah dilakukan secara ketat. Pemerintahpun melibatkan perguruan tinggi sebagai pengawas independent. Pengawas independent ini tidak hanya bertugas mengawasi pelaksanaan UN di sekolah saja, namun juga bertugas memastikan mekanisme pencetakan soal, penyimpanan soal dan pendistribusian soal dilakukan sesuai prosedur yang seharusnya. Jadi melalui pengawasan yang ekstra ketat dipastikan tidak akan ada kebocoran soal. Untuk areal Jawa Tengah pencetakan soal dipercayakan kepada PT. Pura Barutama Kudus.

            UN dari masa kemasa telah mengalami perubahan kebijakan, hal ini merupakan bukti kongkret bahwa pelaksanaan UN sebagai evaluasi pendidikan. Jadi UN selanjutnya pasti akan dilakukan penyempurnaan baik dari segi perencanaan dan pelaksanaan dilapangan. Jika kita melihat peran gurupun sudah semakin kompleks, para guru sibuk mempersiapkan siswa dengan materi dan berbagai “bekal” lainnya, termasuk persiapan mental siswa. Guru berusaha merubah mind sett siswa bahwa UN menyeramkan dan ketidak lulusan adalah lubang besar menganga yang siap menelan mereka.

            Semua pihak sudah sangat memberikan perhatian lebih kepada persiapan UN ini, namun mari kita lihat kegiatan yang dilakukan beberapa siswa yang telah diumumkan lulus UN. Rasa bangga dan senang sangat menyeruak di hati mereka hingga “tradisi tahunan” pun siap untuk dijalankan. Ya, saya menyebutnya dengan “tradisi tahunan”. Namun ini jelas adalah tradisi yang tidak seharusnya dilakukan. Anda tahu arah pembicaraan saya, corat-coret seragam, tembok, konvoi kendaraan bermotor yang sangat tidak memperhatikan keamanan berkendara. Indonesia sudah berkali-kali melaksanakan UN dan selalu berujung pada “rasa syukur yang salah”. Hal ini selalu berulang-ulang tiap tahunnya. Bukan berarti dinas terkait tidak melakukan penanganan terhadap kasus ini. Beberapa dinas terkait yaitu dinas pendidikan baik daerah maupun kota, kepolisian bidang lalu lintas, serta pihak sekolah sudah merumuskan solusi pemecahan masalah ini. Salah satunya yaitu pengumuman kelulusan dilakukan sore hari pukul 16.00 dengan tujuan agar siswa tidak berkonvoi. Namun seakan mereka (para siswa) mengaanggap hal tersebut hanya angin lalu.

            Beberapa media cetak bulan Juni lalu mengabarkan bahwa terjadi kecelakaan (meninggal) dengan korbannya adalah seorang pelajar lulusan SMA yang ikut dalam konvoi kendaraan bermotor. Hal tersebut terjadi setelah motor yang ia kendarai bersenggolan dengan motor temannya. Jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi? Hari kelulusan yang seharusnya menjadi gerbang masa depan menjadi gerbang maut. Jika anda adalah siswa peserta konvoi, apakah anda perna berfikir bahwa arak-arakan anda dan teman-teman anda sangat mengganggu pengguna jalan yang lain? Mereka sebetulnya sangat geram dengan aktivitas tersebut. Suara knalpot yang bising dan sikap pengendara yang ugal-ugalan berboncengan 2 orang serta tak jarang sambil memegang rokok, dan siswi yang tampil “liar”.

            Saya ingin menyampaikan bahwa, mari kita jangan ulangi lagi kegiatan-kegiatan tersebut. Hal tersebut sungguh tidak etis dilakukan oleh siswa yang selama 3 tahun telah dididik di bangku sekolah. Anda adalah siswa yang cerdas dan saya yakin anda tidak akan semudah itu untuk melakukan hal-hal bodoh. Sialahkan mencari dan merencanakan kegiatan yang jauh lebih baik karena anda adalah calon mahasiswa. Kita sadari atau tidak bahwa “tardisi tauhanan” yang dilakukan para lulusan SMA sekarang sudah ditiru oleh adik-adik mereka usia SMP. Sungguh ironis karena mereka belum cukup dewasa untuk memikirkan apa yang mereka lakukan. Mereka hanya meniru kakak tingkat mereka yang telah SMA.

            Beberapa hal positif yang dilakukan para lulusan SMA antara lain mereka yang ada di kota Solo. Mereka hari minggu berkumpul di ajang car free day (CFD) mengenakan seragam yang bersih dari coretan dan bersepeda bersama membaur dengan masyarakat. Serta yang ada di kota lain yaitu dengan menyumbangkan seragam mereka kesekolah karena adik kelas mereka banyak dari kalangan keluarga tidak mampu. Hal ini dinilai sangat jauh lebih sopan dan mencerminkan pelajar Indonesia yang santun.