Kamis, 17 Januari 2013

Three Little Kitten


            Suatu pagi di musim hujan yang membuat saya hanya bisa berdiri di depan jendela ruang tamu memandangi sinar mentari yang terhalang mendung. Nampak di halaman rumah tetangga terdapat 3 ekor anak kucing yang sedang asik bermain bersama, berguling-guling di taman dengan lucunya. Itu tiga ekor anak kucing yang baru seumur jagung. Mereka baru lahir beberapa minggu yang lalu.
            Saat melihat mereka saya jadi berpikir mengenai siklus kehidupan manusia. Kita sebagai manusia juga tidak beda dengan 3 ekor anak kucing itu. Bukan mengenai kita sama-sama mempunyai 2 mata, 2 telinga, 1 mulut, 1 hidung dengan 2 lubang di ujungnya. Bukan, bukan mengenai itu kesamaan kita dengan mereka.
            Disadari atau tidak semenjak kita lahir hingga kita dewasa seperti saat ini, kita telah melalui berbagai macam fase pertumbuhan dan perkembangan. Saat kita baru lahir kita masih selalu membutuhkan pertolongan orang lain untuk bertahan hidup, dalam hal ini adalah orang tua. Menginjak balita kita selalu bermain, bermain dan bermain. Karena memang itulah satu-satunya keahlian kita saat itu. Memasuki usia sekolah dasar semua terasa berbeda, seragam yang tiap hari dikenakan pada awalnya terasa formal karena sebelumnya kita selalu memakai kaos simpel untuk ya bermain. Memasuki SMP terasa lain lagi sebagai anak pemberontak segala peraturan. Mulai dari peraturan sekolah hingga peraturan rumah semua perlahan dilanggar. SMA, kata orang merupakan masa paling indah. Pada usia ini teman sepermainan terasa lebih terpercaya untuk didengar ketimbang perkataan orang tua atau bahkan guru. Guru hanya dianggap sebagai malaikat pencatat ilmu, olehnya dicatat apa saja yang sudah kita pelajari hari ini. Pacar, whu……terdengar mengasyikkan, atau bahkan menjadi hal yang menyakitkan. Benar-benar masa yang penuh dengan cerita.
            Sekali lagi sadar atau tidak itu semua fase yang akan atau telah kita lewati dan itu sudah menjadi garis ilmu psikologi jika seumuran SMP-SMA kita mulai nakal. Selama kenakalan ini masih dapat ditolelir ya……everything’s okay…. KENAKALAN, bukan KRIMINAL lho ya!!!! Kalau kenakalan bablas jadi tindak kriminal ya tanyakan kediri sendiri kenapa bisa sampai sejauh itu.
            Some days 3 anak kucing tadi juga bakalan ketemu sama soul mate mereka, nikah, punya anak, ngurus anak dan anaknya bakal ngulang fase apa aja yang sudah orang tua mereka lalui. Kenapa kadang orang tua terdengar menyebalkan dengan segala macam nasehatnya? Ya karena mereka pernah mengalami masa dimana saat ini kita berada. Jadi jika seorang anak melontarkan perkataan “ah orang tua tu ndak pernah ngerti apa yang kita pengenin, sedikit-sedikit dilarang!!” Sebenernya mereka ngerti, cuman kita saja sebagai anak yang ndak mau ngertiin kekhawatiran mereka. Jika saat ini anda mempertanyakan hal tersebut, percayalah besok anda juga akan mendapat giliran ditanya oleh anak anda dengan pertanyaan yang sama yang pernah anda lontarkan untuk orang tua.
            Begitulah kehidupan terus berputar dari jaman dinosaurus ada sampai besok Samsung Tab tak lagi menjadi gadget mewah.

Kamis, 03 Januari 2013

End of This Year: Melawan Korupsi


            Berbagai cara tahun 2012 memberikan ucapan perpisahan kepada masing-masing orang, dan rupanya tahun 2012 lebih memilih surat tilang sebagai kartu ucapan perpisahan kepada saya. Tepat 3 hari sebelum tanggal 31 saya dikenai tilang oleh Pak Polisi karena saya lupa, lampu kendaraan saya ditemukan sedang dalam keadaan tidak menyala.
            Kesal, marah, kecewa semua bercampur aduk menjadi satu. Perasaan yang bercampur aduk itu bukan tertuju untuk Pak Polisi namun lebih kepada diri sendiri. Kecewa kenapa hal sepele seperti itu tidak saya patuhi.
            Semua berjalan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Pak Polisi menyapa dengan ramah dan menanyakan kelengkapan surat berkendara dan menanyakan dengan ramah peraturan apa yang saya langgar. Sekali lagi, kesalahan ada pada diri sendiri. Surat tilangpun semakin penuh dengan identitas diri dan tertera kapan saya harus menjalani sidang.
            Saya akui bahwa apa yang telah saya alami sangat menyita pikiran saya. Untuk beberapa orang hal ini termasuk dalam kategori hal yang tidak menyenangkan. Namun saya melihat peristwa ini dengan sisi yang berbeda.
            Pertama kesalahan ada pada diri sendiri, itulah hal terpenting yang harus dipahami. Setelah kita tahu bahwa memang kita yang salah melanggar peraturan maka dengan hati yang ikhlas dan lapang dada bersedia menerima sanksi. Disinilah letak kebanggaan saya. Ketika detik-detik yang dramatis pena Pak Polisi menggores diatas surat tilang, bisa saja saya mengibarkan “bendera putih” dan menempuh “jalan belakang”. Namun hal itu tidak saya lakukan.
            Pemikiran tersebut saya dasari bahwa setiap orang harus memerankan dirinya untuk menekan tindak korupsi di Indonesia. Saya berharap ini bukanlah pemikiran yang dianggap berlebihan dan terlalu suci. Percuma saja kita saat menonton televisi dan menyaksikan aksi KPK mempreteli harta pejabat yang terkena kasus korupsi dan kita meneriakkan GO KPK GO!!!!!! GANTUNG SAJA MEREKA YANG KORUP!!!! Namun saat kita di jajaran paling bawah sebagai rakyat, menghadapi situasi tilang malah meminta jalur damai. Berarti percuma saja yel-yel yang kita teriakkan untuk KPK. Lantas apa bedanya kita dengan mereka oknum pejabat yang korup? Hanya beda kasta namun sama dalam perbuatan dan beda dalam nominal.
            Yang ingin saya sampaikan disini adalah “Berani Jujur Itu Hebat”. Indonesia benar-benar membutuhkan kesadaran yang tinggi akan pemberantasan korupsi. Selama kita hanya diam dan tidak ikut beraksi atau bahkan mungkin bersuara namun hanya sebatas suara, maka pemberantasan korupsi yang kita idam-idamkan selama ini tidak akan tercapai.
            Terima kasih kepada POLRES Kudus yang bertugas karena telah mendata pelanggaran lalu lintas saya dengan sopan dan manusiawi serta terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat berperan nyata dalam melawan tindak korupsi. Semoga ini dapat memberikan inspirasi untuk anda dan mari kita memberikan contoh yang baik untuk para teman, anak, siswa serta pejabat tinggi negara.
            Menutup cerita tahun 2012 dengan sebuah kebangaan dan mengucapkan selamat datang tahun 2013 dengan langkah tegap ke Pengadilan Negeri Kudus.