Akhir
pekan ini saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh TARA Nature Epa,
sebuah distributor suplemen kesehatan asal Bandung. Seminar tersebut bertempat
di Hotel Poroliman Jl. Bhakti nomor 5 Kudus, dengan tema “Mengoptimalkan Fungsi
Otak Kiri dan Kanan Dengan Nutrisi dan Pola Asuh yang Tepat untuk Mencerdaskan
dan Meningkatkan Kreativitas Anak“ yang disajikan oleh Prof. Dr. A Purba, dr.
M. Sc. AIFO. Beliau adalah Guru besar fakultas kedokteran UNPAD.
Dari
kegiatan hari Sabtu tersebut dapat saya sajikan kembali dalam sebuah ikhtisar
sebagai berikut ini yang kemudian diharapkan dapat memberikan manfaat pemahaman
tentang otak kanan dan kiri :
Prof
Purba mengungkapkan bahwa rata-rata anak di Indonesia merupakan anak yang
berkembang dengan otak kiri. Hal ini erat kaitannya dengan pola pendidikan di
negara kita yang masih terlalu menonjolkan aspek kognitif. Prestasi hasil
belajar yang gemilang sering sekali dihubungkan dengan kecerdasan “super”.
Namun hal ini perlu kita renungkan secara mendalam.
Seorang
anak dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Seorang anak selalu mendapat
nilai akademik yang rendah bukan berarti dia tidak pintar, hanya saja dia
mungkin tidak menyukai bidang akademik tersebut. Mungkin saja dia mempunyai
bakat dibidang lain, misalnya olah raga, seni, bahasa, organisasi. Jadi tidak
semua kemampuan selalu diukur berdasarkan akademik terutama matematik dan
ilmu-ilmu sains lainnya. Kembangkan kemampuan anak sesuai bakat yang
dimilikinya, sedangkan untuk menyeimbangkan fungsi otak yang lain maka anak
perlu diperkenalkan/dibimbing untuk mengetahui pelajaran tersebut. Tentunya
tidak perlu menjadi level “ahli” bukan? Cukup untuk menyeimbangkan antara kanan
dan kiri.
Kecepatan
informasi dari satu sel otak ke sel otak yang lain tergantung pada:
1. Jumlah
sel otak.
2. Jumlah
serabut-serabut otak.
3. Jumlah
reseptor.
4. Jumlah
Neurotransmitter.
Terdapat fakta yang menarik yaitu
jika otak tidak sering digunakan untuk berpikir maka lama kelamaan fungsi otak
tersebut akan menurun dan lama-lama mati (tidak berfungsi). Jadi mari kita
dengan semangat yang selalu membara senantiasa menggunakan otak kita untuk
berpikir. Semakin sering digunakan, maka fungsi otak akan semakin bagus.
No.
|
Spesifikasi
|
|
Otak Kiri
|
Otak Kanan
|
|
1.
|
Kecerdasan/Logika
|
Kreatifitas
|
2.
|
Sekuansial
Sistematis
|
Dapat
bekerjasama
|
3.
|
Linear
|
Imajinatif
|
4.
|
Analitis
|
Konseptor
|
5.
|
Matematis
|
Acak/tidak
teratur
|
6.
|
Teknis
|
Intuitif
|
7.
|
Konservatif
|
Holistik
|
8.
|
Perencanaan
|
Sintesis
|
9.
|
Organization
|
Perasaan
|
10.
|
Administratif
|
Kesadaran
spasial
|
11.
|
Pemecahan
Masalah
|
Pengenalan
bentuk/pola
|
12.
|
Bahasa
|
Musik
/ seni
|
13.
|
-
|
Kepekaan
warna
|
14.
|
-
|
Kreasi
/ daya cipta
|
15.
|
-
|
Visualisasi
|
16.
|
-
|
Spiritual
|
Beliau mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan dan kreativitas:
1. Genetik,
memberikan kontribusi sebesar 40-50%.
2. Asupan
gizi, memberikan kontribusi sebesar 30-40%. (Konsumsi AA & DHA !!!)
3. Lingkungan,
memberikan kotribusi sebesar 10-20%.
Oleh sebab itu orang tua harus memahami
3 golongan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang optimal:
1.
Kebutuhan Fisis Biomedis (Asuh)
Pangan
(gizi/nutrisi), perawatan kesehatan, kesegaran jasmani, sandang, papan.
2.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Hubungan
yang selaras antara Ibu, Bapak dan anak.
3.
Kebutuhan akan Stimulasi otak (Asah)
Pelajaran
pada pendidikan formal dan non formal.
Renungan
4 tipe orang tua:
1. Tinggi
kasih tetapi rendah disiplin, menyebabkan anak manja/kurang ajar.
2. Rendah
kasih tetapi tingi disiplin, menyebabkan anak menjadi pemberontak.
3. Rendah
kasih dan rendah disiplin, menjadikan anak mudah menyepelekan.
4. Tinggi
kasih dan tinggi disiplin, menjadikan anak unggul.
Sebagai
orang tua / guru, tidak diperkenankan memarahi anak / siswa. Ketika seorang
anak dimarahi maka ia akan tegang dan meningkat hormon adrenalinnya yang
menyebabkan aliran darah tidak dapat lancar ke otak karena saraf-saraf otak
menciut sehingga anak tidak dapat berpikir secara tepat. Stress dapat
menghambat pengeluaran Neurotransmitter.
Peran
guru dalam meningkatkan kecerdasan dan kretivitas anak:
1. Beban
pembelajaran tidak terlalu berlebihan.
2. Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
3. Pendidikan
yang demokratis.
4. Mendorong
siswa senang belajar.
Prof.
Purba juga menyinggung mengenai perkembangan dan pertumbuhan fungsi otak. Awal
kehidupan yang aktif otak kanan yaitu pada saat anak usia 0 sampai 6 tahun.
Sedangkan untuk otak kiri mengikuti perkembangan otak kanan. Inilah yang
menjadi dasar bahwa pembelajaran anak usia PAUD atau TK hendaknya jangan mengarah
kepada pembelajaran membaca&menghitung. Ini sangat tidak tepat. Seharusnya
yang diutamakan adalah pengembangan otak kanannya dengan jalan belajar melalui
bermain. Perbanyaklah intensitas bermain pada anak usia 0-6 tahun karena ini
adalah usia penting yang sangat menentukan perkembangan anak sampai ia tua
nanti. Bermain sangat efektif untuk meningkatkan kretivitas anak. Peranan guru
adalah menyampaikan makna yang terkandung dalam permainan.
Demikianlah
yang dapat menjadi bahan renungan kita sebagai orang tua / guru. Jika kita
paham dan dapat merawat tumbuh - kembang anak maka niscaya bangsa Indonesia
akan memiliki SDM yang berkualitas. Kita harus selalu ingat, jangan terlalu
menonjolkan otak kiri. Otak kanan mempunyai prosentase yang lebih besar di bandingkan
otak kiri dalam menyokong keberhasilan, yaitu 80%.