Ungkapan di atas terasa
sangat menggelitik bagi siapa pun yang membacanya. Apakah iya? Benarkah? Sederet pertanyaan kemudian muncul dibenak kita
hingga senyum kecil pun tersungging dibibir, khususnya para mahasiswa.
Setiap dipenghujung
tahun sesuai dengan siklusnya, Indonesia mulai memasuki musim penghujan. Hal ini sudah dapat kita
rasakan bersama di wilayah Gunungpati intensitas curah
hujan sudah mulai meningkat. Keadaan ini akan meningkat
hingga nanti puncak musim penghujan tiba.
Bersamaan dengan
hujan yang turun, saya rasa diantara kita para mahasiswa dan Ibu/ Bapak dosen
pernah mendapati kelas yang seharusnya terisi mahasiswa, tetapi hanya beberapa
saja yang datang. Tak lain dan tak bukan hujan yang turun menjadi alasan ketidak
hadiran.
Sebenarnya
sebagai mahasiswa hal ini dapat kita renungkan kembali. Terkadang kita lupa
bahwa kita jauh-jauh datang dari kampung halaman ke Unnes dengan membawa pesan
orang tua yaitu kuliah menuntut ilmu. Pesan tersebut cukup jelas bahwa kita
mengemban amanat yang luar biasa besar dan berkaitan dengan restu orang tua. Pada
kenyataannya ketika kita telah sampai di sini, godaan-godaan akan muncul
sehingga menggoyahkan semangat kita.
Salah
satu contoh kecil yaitu datangnya musim penghujan ini. Jika kita telaah secara
geografis, sebenarnya sudah menjadi ketentuan kalau Indonesia memiliki dua
musim. Ketika kita mengetahui hal tersebut secara mendalam, maka kita akan
memiliki sebuah pemahaman bahwa apa pun musimnya tidak menjadi hambatan. Yang selanjutnya
kita pikirkan adalah bagaimana agar semangat kita tidak luntur menghadapi
musim-musim tersebut.
Fakta
yang dapat kita jadikan renungan yaitu kita dari kampung halaman menuju Unnes
dengan menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer dengan berbagai moda
transportasi. Bagi yang menggunakan kendaraan umum seperti bus saya rasa masih
cukup nyaman ketika hujan diperjalanan. Namun bagi para pengendara sepeda motor
hal ini cukup merepotkan. Sadarkah kita semua, dalam keadaan hujan seperti itu kita
tetap melanjutkan perjalanan.
Lalu
pertanyaannya adalah jika dengan jarak yang begitu jauh kita masih bertekad
untuk melanjutkan perjalanan kenapa dengan jarak yang hanya beberapa kilometer
saja dari kost kita dengan mudah
menyerah ketika hujan?
Lebih membulatkan
tekad
Jika
kita telah mampu merenungi hal di atas maka saya rasa solusi mendasar yang kita
butuhkan adalah dengan lebih membulatkan tekad. Kita sebagai insan yang dididik
dan memiliki pengetahuan yang cukup dapat menjawab semua tantangan yang ada.
Dalam mengikuti perkuliahan, mahasiswa memang telah diberikan kesempatan maksimal
sebanyak 3 kali untuk tidak hadir. Kesempatan tersebut sepenuhnya adalah hak
kita, mau digunakan atau tidak, kapan kita akan menggunakannya, semua terserah
kita.
Akan
tetapi jika kita memiliki semangat dan sadar akan tugas kita di sini, kita
tidak akan menggunakan kesempatan tersebut dengan sesuka hati. Akan timbul
semacam beban di dalam diri ketika kita menggunakan kesempatan tersebut seenaknya
apalagi jika hanya permasalahan hujan yang turun di musim penghujan. Bukan
disebut musim penghujan jika pada saat tersebut hujan tidak turun, lalu
masihkah kita dengan mudah mengambil pilihan bolos karena hujan?
Tulisan
ini bukan bermaksud menggurui atau bahkan menganggap mahasiswa tukang bolos,
melalui tulisan ini saya berharap kita dapat berpikir lebih jauh ke depan bahwa
kita memiliki tanggung jawab yang harus kita laksanakan. Tanggung jawab sebagai
mahasiswa dan sebagai seorang anak tentunya. Mari kita gunakan kesempatan
ketidak hadiran tersebut dengan bijak.
Karakter
yang kuat akan menjadikan kita siap menghadapi tantangan yang ada.