Selasa, 03 Maret 2015

Terima Kasih Unnes



25 Februari 2015 untuk sebagian mahasiswa Unnes merupakan tanggal yang dinanti-nanti. Pada hari itu Auditorium terlihat ramai dengan para mahasiswa yang mengenakan kostum hitam dan bertopi segi lima. Rona ceria dan bahagia nampak pada raut muka setiap mahasiswa yang sedari pagi telah bersiap memasuki ruangan Auditorium.
Duduk berderet bersama teman-teman di Auditorium mengingatkan kami pada kegiatan beberapa tahun lalu ketika kami dinyatakan menjadi mahasiswa baru Unnes. Hari ini kami kembali duduk berderetan, tetapi dalam acara yang berbeda. Hari ini upacara wisuda siap dilaksanakan.
Banyak hal yang kami peroleh selama mengeyam pendidikan di Unnes. Kami belajar bagaimana menjadi pribadi yang berkualitas melalui Ibu/Bapak dosen serta seluruh kegiatan yang kami lakukan di kampus. Suka duka menjadi seorang mahasiswa telah kami lewati hingga akhirnya pada hari ini kami resmi dinyatakan berhak mengikuti upacara wisuda.
Kami menyadari bahwa segala bentuk penugasan mata kuliah serta penyusunan karya ilmiah yang telah kami lalui bukan semata-mata untuk menggugurkan kewajiban sebagai mahasiswa agar segera memakai Toga wisuda seperti hari ini. Semua itu adalah tempaan bagi kami agar menjadi sosok yang pantas kelak ketika kami memakai Toga tersebut.
Melalui kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu/Bapak dosen yang telah membimbing serta membukakan cakrawala pengetahuan kepada kami, sehingga kami mampu menjadi pribadi yang berkualitas. Selama ilmu yang kami peroleh mampu kami manfaatkan dengan baik bahkan bisa kami tularkan kepada orang lain, selama itu pula pahala kebaikan akan terus mengalir kepada Ibu/Bapak dosen.
Tidak kalah penting, selama kami di Unnes telah dikenalkan dengan konservasi baik secara konseptual maupun prakteknya. Kami menyadari walau pun sudah tidak berstatus sebagai mahasiswa, sampai kapan pun kami tetap menjadi bagian dari kampus konservasi ini. Layaknya sebuah keluarga, jika ada anggota keluarga yang berkelana. Kemana pun dia pergi akan tetap membawa sikap dan watak keluarganya. Demikian halnya kami, kami akan mengembangkan konservasi ditempat yang kami pijak. Karena kami adalah kader konservasi Unnes.
Berkepribadian baik, menjunjung tinggi kesopanan, peduli terhadap sesama, berpengetahuan luas serta berjiwa konservasi semoga itu menjadi karakter kami para alumni Unnes. Terima kasih Unnes, tetaplah menjadi kampus yang kami banggakan. Kami juga akan mengukir prestasi mengharumkan nama Unnes, sebagai alumni.

Selasa, 06 Januari 2015

Semangat Baru Jawa Tengah



            Bulan Desember lalu bagi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) 30 kabupaten/kota di Jawa Tengah merupakan bulan yang padat dengan aktivitas. Selain harus menyusun laporan akhir tahun seperti instansi yang lain, instansi ini mempunyai tugas tambahan terkait pemberkasan para peserta yang dinyatakan lolos dalam tes CPNS pertengahan tahun lalu.
            Seperti yang diberitakan di berbagai media, tidak kurang dari 60.000 kursi disediakan pemerintah untuk warga negara Indonesia yang berminat menjadi abdi negara. Setelah mereka berjuang melalui serangkaian tahap seleksi, maka pada pertengahan Desember lalu penantian itu sirna sudah. Namun pengumuman seperti ini sudah dapat ditebak. Karena adanya pembatasan formasi, dari sekian ribu orang yang mengikuti seleksi hanya beberapa saja yang dinyatakan lolos menjadi CPNS.
            Penyelenggaraan tes CPNS selalu menarik untuk kita amati. Kalau ditinjau dari peserta, rupanya antusiasme masyarakat kita masih tinggi untuk mengikuti tes seleksi CPNS. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah pendaftar yang selalu menembus angka ribuan. Hal yang berbeda justru terletak pada mekanisme tes yang dilakukan menggunakan sistem computer assisted test (CAT). Pemanfaatan sistem CAT ini mari kita maknai sebagai upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan tes CPNS yang obyektif, transparan, kompetitif, akuntabel, bebas KKN, tidak diskriminatif, tidak dipungut biaya, efektif serta efisien.
            Dengan nilai-nilai yang telah ditentukan sebagai ambang batas kelulusan, maka sistem CAT memberikan kemudahan bagi setiap peserta untuk memantau secara langsung capaian yang mereka dapatkan. Melihat dari pengumuman hasil tes seleksi CPNS yang dirilis oleh masing-masing BKD di Jawa Tengah, nampak skor peserta sangat tinggi. Hal ini memberikan sebuah bukti tambahan bahwa siapa saja yang lolos dalam seleksi CPNS beberapa waktu lalu adalah pribadi yang pandai.
Aktualisasi Diri
            Jika kita bertanya apa makna bekerja, ada sebagian yang menjawab bekerja adalah untuk mendapatkan uang, ada juga yang menjawab bekerja adalah ibadah. Berbagai macam jawaban tersebut tergantung bagaimana kita menempatkan pekerjaan dalam kehidupan kita. Namun kita sepakat bahwa bekerja merupakan salah satu upaya seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
            Kaitannya dengan hal tersebut, Maslow seorang tokoh Psikologi melalui teori hierarki kebutuhannya yang digambarkan seperti piramida menjabarkan tingkatan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi, kemudian setingkat diatasnya terdapat kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai dan posisi paling puncak adalah kebutuhan aktualisasi diri.
            Bekerja bisa apa saja, tidak harus menjadi PNS. Namun tidak dipungkiri status PNS dengan segala kenyamanannya memiliki daya tarik tersendiri. Jika memang kita ada kesempatan untuk menyandang status tersebut maka kita syukuri, tetapi jika tidak maka tidak perlu disesali. Alangkah baiknya kita menyadari bahwa setiap pekerjaan apa pun itu perlu kita lakukan dengan sepenuh hati. Entah itu PNS atau sektor yang lainnya, semua merupakan ladang kita untuk mencukupi kebutuhan dasar serta meningkatkan kualitas hidup.
            Memang batasan cukup secara ekonomi masing-masing individu memiliki ukuran yang berbeda. Namun jika dinilai telah mampu memberikan ketercukupan, selanjutnya yang perlu kita renungkan adalah bagaimana kita bisa memandang pekerjaan merupakan jalan untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri merupakan daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri ini mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas dan inovasi. Apa pun pekerjaannya jika bisa dilakukan dengan penuh keseriusan akan memberikan manfaat luas hingga kepada orang lain.
             Selaras dengan revolusi mental yang diangkat oleh presiden Joko Widodo dan kini  menjadi tema nasional, sebagai warga negara sudah saatnya kita memunculkan jiwa revolusioner dalam diri. Bagi peserta yang lolos tes seleksi CPNS,  jika boleh saya sebut pengumuman beberapa waktu lalu merupakan kado indah akhir tahun dari Tuhan. Ketika yang lain masih menyelipkan harapan mendapatkan pekerjaan dalam doa tahun baru, tidak demikian dengan Anda. Tidak ada lagi yang perlu dirisaukan, maka mengabdilah sebaik mungkin. PP 53 Tahun 2010 akan memandu Anda sebagai abdi negara yang disiplin. Jika pemerintah saja mampu berinovasi menghadirkan sistem baru dalam seleksi para pegawai, selanjutnya giliran Anda untuk membuktikan kualitas kinerja penuh totalitas.
            Kemudian bagi peserta yang tidak lolos, ini bukan akhir dari segalanya. Bahkan saat pemerintah memberlakukan moratorium penerimaan CPNS mulai 1 Januari 2015 (suaramerdeka.com 29/12/14). Mari bersama pantang menyerah untuk mengapai apa yang kita dambakan melalui berbagai jalur yang lain. Kesuksesan pasti ada di depan ketika kita mau berusaha keras dan yakin. Apa pun profesi kita, semua adalah sama. Sama-sama berkewajiban membangun Jawa Tengah. Semoga di tahun yang baru ini kita memiliki semangat baru untuk bekerja secara optimal pada bidang masing-masing demi mewujudkan Jawa Tengah hebat.

Sabtu, 29 November 2014

Bunga di Tepi Jalan



            Tak seperti biasanya, peringatan hari guru nasional yang ke- 69 kali ini memiliki makna yang mendalam bagi saya. Selain sejak dari pagi saya merasa terharu karena berita televisi yang dipenuhi dengan acara penyerahan kado, kue atau sungkeman yang dilakukan oleh siswa kepada guru di sekolah mereka. Hal lainnya yang membakar api semangat dalam diri yaitu acara dialog bersama menteri pendidikan Anies Baswedan di salah satu televisi swasta. Dengan gaya tutur kata beliau yang khas, saya mendapatkan semacam harapan serta angan-angan baru untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik khususnya mengenai aspek guru.
            Saya sepakat ketika beliau mengungkapkan bahwa apa yang kita rasakan pada diri kita sampai saat ini adalah berkat jasa para guru kita di masa lampau. Tidak peduli bagaimana kita berjuang menaklukkan hidup saat ini, tetapi bekal yang telah kita gunakan adalah dari mereka para guru. Ketika saat ini sebagian dari kita telah merasakan titik kejayaan, jika kita mau untuk menoleh bagaimana para guru kita di masa lampau, mungkin beliau masih tetap saja bersahaja seperti dulu kala persis saat kita masih duduk dihadapan beliau di sebuah ruang kelas. Walau pun memang saat ini beberapa guru kita sudah memiliki tunjangan yang mumpuni, tetapi saya rasa sisa-sisa tenaga itu masih terlihat.
            Seketika saya teringat Ibu saya yang juga seorang guru SD yang telah mengabdi selama 30 tahun. Menjadi seorang guru adalah pengabdian, saya rasa itu ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan usaha beliau selama ini. Saya sering mendengar cerita darinya mengenai siapa saja anak didiknya yang saat ini telah menjadi dokter, polisi, pengusaha tekstil, pedagang kios. 30 tahun bukan waktu yang singkat, ratusan siswa telah beliau bimbing, ratusan siswa telah beliau berikan ilmu pengetahuan. Seketika itu saya benar-benar terharu memikirkan sosok yang sering dipanggil dengan sebutan guru.
            Jika sudah demikian lalu mengapa saat ini masih saja terasa seakan pendidikan kita tidak memiliki hasil yang signifikan di masyarakat? Pertanyaan tersebut sedikit terjawab ketika saya hari ini sedang melakukan perjalanan pulang dari rumah saudara yang letaknya disalah satu sudut desa. Perjalanan tersebut saya secara tidak sengaja bertemu dengan teman lama dari Om. Om Handoko (Om Doko) demikian saya memanggilnya. Saling sapa yang tidak sengaja itu terjadi di tengah jalan dan secara spontan kami lanjutkan dengan bertanya kabar. Sebuah peristiwa yang tidak direncanakan sebelumnya dan dengan situasi yang sedikit terburu-buru menjadikan kita ngobrol ditepi jalan. Obrolan yang niatnya hanya sekilas ternyata panjang lebar hingga 45 menit. 45 menit kita menghabiskan waktu ditepi jalan dengan lalu lalang para tetangga.
            Itulah mengapa saya sebut tulisan ini bunga di tepi jalan. Karena selama obrolan di tepi jalan itu saya kembali menemukan sesuatu pemikiran yang berbeda dari masyarakat umumnya yang saya dapatkan dari beliau. Kita membicarakan banyak hal, tapi entah mengapa seakan tema kita saat itu berkutat seputar pendidikan. Nah pertanyaan di atas dalam obrolan kami menyebut sebagai adanya sebuah pemasungan makna pendidikan oleh masyarakat kita saat ini. Sekolah hanya dipandang sebagai sebuah tahap yang harus dilewati oleh para pemuda usia sekolah tanpa melihat secara menyeluruh bagaimana sebenarnya harapan dari pendidikan itu. Ditambah lagi dengan pergeseran peran guru yang semakin tergeser oleh zaman tetapi sumber daya kita tidak mengikuti perkembangan tersebut. Hal semacam itu berulang terus-menerus berpuluh-puluh tahun hingga semacam inilah kejadian yang “menimpa” kita.
            Pendidikan menyiapkan manusia sebagai seorang problem solver yang saat ini lebih cenderung sebagai penikmat hasil akhir dari pada proses. Masyarakat kita hingga saat ini masih memiliki orang-orang yang radikal. Radikal dalam hal ini saya artikan sebagai orang-orang yang berpemikiran jauh kedepan, tidak hanya sekedar seperti inilah memang kenyataannya, lebih kepada bagaimana memperbaiki ini semua. Namun jumlah masyarakat yang demikian hanya minoritas dan masih kalah jumlahnya dengan masayarakat yang Dogmatis. Hal inilah yang selama ini sedikit mengganggu pemikiran saya. Saya berpikir jika memang benar demikian (minoritas selalu kalah dengan mayoritas) lalu bagaimana sebuah gerakan perubahan akan terjadi?
            Sore itu saya benar-benar bersyukur bertemu dengan beliau walau pun dalam posisi yang sedikit tidak nyaman. Beliau mengungkapkan bahwa untuk menghadapi hal yang demikian kita tidak perlu bersusah payah untuk mendebat mereka. Masyarakat adalah hakim yang paling kejam. Tanpa data yang jelas dan akurat mereka dapat saja dengan segera menyalahkan setiap orang yang terkesan “melenceng” dari biasanya. Biarkanlah mereka dengan argumen mereka sendiri, kita tidak perlu memaksakan pemikiran-pemikiran kita kepada mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita tetap bisa menyalurkan gagasan-gagasan kita walau pun itu berjalan dengan lambat, ya ....syukur kalau bisa berjalan cepat. Namun pelan pun tidak menjadi masalah asalkan gagasan itu masih tetap hidup.
            Menjadi seorang yang idealis itu perlu karena itu semacam prinsip yang kita pegang sehingga kita tidak dengan mudah terbawa arus, tetapi sikap realis juga harus kita perhatikan karena itulah yang menjaga kita agar tidak terlampau egois.
            Hari ini melalui sebuah tayangan berita televisi dan pertukaran ide dengan seseorang yang saya sebut sebagai senior telah memberikan banyak wawasan yang membawa saya kepada perenungan ini. Selamat hari guru nasional kepada Ibu saya, guru-guru saya sejak dari SD hingga perguruan tinggi, serta seluruh guru di pelosok Nusantara apa pun itu sebutan bagi mereka (entah guru swasta, guru honorer, guru kursus, bahkan guru ngaji sekali pun). Jangan berhenti berharap dan mendatangkan perubahan.

Rabu, 01 Oktober 2014

Maha Pemberi Rizky



            “Mobil Dek, doain Bapak besok bisa mbeliin adek yang kayak gitu ya. Mobil beneran”. Sebuah kalimat yang ku dengar ketika suara Adzan Magrib baru saja berhenti dan diiringi dengan suara tanah tergerus ban mobil yang berjalan. Saat itu aku selesai mandi dan mejemur cucian di samping rumah. Terdengar langkah kaki seorang lelaki dan seorang balita yang sedang digendongnya. Pagar setinggi dua meter itu menghalangi pandangan ku sehingga aku tidak tahu pasti siapa yang sedang berjalan di samping rumah. Tetapi mendengar suaranya aku yakin dia adalah tetangga ku yang rumahnya selisih 4 rumah dari rumah ku.
            Dari perkataan yang dilontarkan sang Bapak, balita itu hanya menanggapi dengan suara rewel khas balita. Rizky, salah satu hal yang terkadang kita bingung memikirkannya. Kata orang bijak, rizky itu sudah ada yang mengatur. Kalau mau dirasa ya memang benar, Tuhan telah mengatur semuanya. Termasuk rizky dari kita akan lahir sampai dengan akhir hayat kita. Namun rupanya perkataan bijak itu tidak selalu manjur untuk menjadi obat penenang disaat kita galau memikirkan rizky.
            Sebagai seorang anak pasti kita ingin untuk membahagiakan orang tua. Kata membahagiakan mungkin masih terdengar abstrak. Jika boleh diperjelas mungkin kata membahagiakan dapat diarahkan berupa seorang anak yang mampu memiliki pekerjaan yang mantap, sehingga secara ekonomi mampu untuk memberikan penghidupan yang layak untuk calon keluarga serta merawat kedua orang tua. Yap..... siapa pun sepakat kalau orang tua tidaklah menginginkan harta benda sebagai balasan selama ini mereka merewat kita. Bukan berarti mempersempit pandangan bahwa kebahagiaan itu adalah harta, tetapi lebih kepada kita mampu menunjukkan keberhasilan dan kesuksesan hasil dari jerih payah didikan orang tua.
            Tapi bagaimana jika kita seorang anak yang ya.... katakanlah sudah usia kerja tetapi sampai sekarang juga belum kunjung mendapatkan pekerjaan. Atau.... seorang anak yang sudah bekerja tetapi gaji yang diperoleh belum mampu untuk memberikan kebahagiaan yang kita anggap sempurna untuk orang tua. Kedua hal ini akan membawa kita serasa jauh dari angan-angan dan mimpi tentang kesuksesan. Seperti sebuah peluang yang menemui jalan sempit dan terbakar dengan api keputus asaan hingga tercium aroma letih dan kepasrahan menunggu episode selanjutnya.
            Antara sadar dan tidak kita masih memegang pesan seorang bijak yang mengatakan Tuhan telah mengatur semuanya. Namun jika selamanya kita hanya ter-nina bobo-kan oleh perkataan itu, apa jadinya? Mungkin yang tepat itu adalah menunggu Tuhan memberikan jalan Nya diwaktu yang Dia kehendahi sembari kita mencoba dengan sebaik mungkin yang kita bisa. Tanpa rasa ragu, rahasia itu milik Nya.
            Tapi juga kenyataan tak semudah itu. Lingkungan sekitar juga terkadang memberikan tekanan yang cukup membuat kita ragu akan apa yang sedang kita jalani, atau bahkan ragu dengan apa yang sedang kita tunggu. Bagaimana cara pandang tetangga, bagaimana para saudara yang siap menertawakan saat kita tak berdaya (saudara macam apa itu? Tapi yap, itulah realita, Anda pasti punya saudara semacam itu bukan?) atau mungkin calon mertua yang mengharapkan idaman hati anaknya segera memiliki pekerjaan. Semua itu akan dengan cepat menghantui dan merusak pemikiran-pemikiran yang sudah rapi Anda susun terkait dengan apa yang Anda lakukan saat ini.
            Tidak ada yang dapat memaksa Tuhan. Tuhan maha kuasa dengan segala kehendak Nya. Siapa yang tahu memang jalan awalnya seperti ini. Namun masa depan tetaplah menjadi rahasia, sifat rahasia itulah yang membuat kita was-was akan seperti apa masa depan kita kelak. Segala yang telah kita susun rapi, termasuk susunan ketenangan hati kita dalam menjalankan “masa tunggu karunia Tuhan” akan dengan seketika lenyap saat kita menghadapi semua bentuk tuntutan dari lingkungan sekitar. Kita pun akan mempertanyakan apakah sebenarnya yang kita lakukan ini dalam menunggu adalah sebuah pilihan yang tepat?
            Kenapa kita dapat berpikiran ini tepat atau tidak? Karena bagi mereka para “penonton” kita tidak melakukan apa-apa. Bagi mereka kita hanya terlalu nyaman dalam berpegang teguh pada pernyataan Tuhan telah mengatur semua. Hal ini wajar kerena yang mereka inginkan adalah hasil, selama kita belum memiliki hasil, mereka akan mempertanyakan terus!!!
            Sebenarnya kita dapat mengabaikan semua tuntutan mereka, tetapi jika itu adalah orang yang kita cintai misal orang tua dan istri, apakah kita masih akan cukup memiliki akal sehat untuk berpegang teguh terhadap pernyataan awal? Saya rasa ini adalah semacam ujian sejauh mana kita percaya kepada Tuhan bahwa hidup kita telah dijamin oleh Nya. Kesabaran, kedekatan kita dengan Tuhan akan membawa kita mampu melewati ini semua. Tetapi melihat harapan orang tua tak kunjung datang memanglah sangat menyakitkan. Sangat!!
            Para ulama pernah berkata bahwa Tuhan itu selalu menurunkan apa yang memang sudah dijanjikan untuk hamba Nya. Permasalahnnya sekarang terkadang manusia memilih melakukan kesalahan kecil yang menjadikan Tuhan merasa perlu untuk menunda pemberian Nya. Memperbaiki diri menjadi jalan yang paling utama untuk instrospeksi.