Rabu jam 6.35 pagi merupakan hari
kesembilan belas dibulan September tahun 2012. Semua berjalan seperti biasa
sampai pada suatu menit kesekian sampailah saya di jembatan besi Sampangan
Semarang. Dalam perjalanan menuju kampus, jembatan besi tersebut merupakan
jalan utama yang harus saya dan teman-teman lewati. Macet di jembatan tersebut
memang merupakan pemandangan sehari-hari, terutama saat jam berangkat sekolah.
Namun pada hari itu saya menemukan pemandangan yang berbeda. Jika hari-hari
biasanya kemacetan atau ya……sebut saja peningkatan kendaraan terjadi pukul 7
pagi, nah……hari Rabu kemarin pukul 6.40 semua kendaraan sudah berhenti TOTAL.
Semua kendaraan berhenti secara
amburadul.Ketika kemacetan menginjak menit ketujuh, saya masih merasa aman-aman
saja. Namun saat memasuki menit kesepuluh, hati ini terasa tak nyaman. Kuliah
masuk jam 7 men……selain itu hari ini giliran saya presentasi tugas matakuliah. Perfect banget dah, udah dibela-belain
buat tugas dengan sungguh-sungguh sepenuh hati, e……lah kok pas gilirannya
presentasi malah telat!!
Mata ini clingak-clinguk melihat
sekeliling kira-kira ada apa sebenarnya ini?!!! Banyak terlihat wajah-wajah panik,
ada yang sibuk menelpon dan SMS teman kantor cuma buat ngasih kabar kalo mereka
kena macet, trus ada juga yang kurang kerjaan memfoto traffic jam ini pake BB ato i-phone
mereka. Saat itu kemacetanpun sudah mencapai 2 Km. Akhirnya saya sampai
pada suatu kesimpulan bahwa hari itu pertigaan dan perempatan jembatan besi
tidak ada pak Polisi yang berjaga, lalu biasanya jam 6.30 udah dipasang marka
jalan yang terbuat dari besi-besi gitu deh, dan saat itu belum terpasang.
Hipotesis pertama dan kedua cukup
menjadi alasan yang kuat mengapa kemacetan terjadi dengan begitu super hebatnya
dan dalam waktu yang terlalu pagi pula. Ditengah kemacetan TOTAL tersebut pikiran
saya jauh melanglang buana memikirkan tentang makna marka jalan yang terbuat
dari besi yang biasanya digunakan untuk membatasi kedua ruas jalan. Awalnya
setiap hari ketika saya lewat dan melihat marka tersebut, saya selalu
beranggapan marka tersebut tidak ada gunaanya. Hanya membuat jalanan sempit
saja. Namun hari ini saya menemukan jawabannya, dan anggapan saya salah
besar!!!!!
Sedemikian tidak tertibkah
masyarakat kita?? Pertanyaan itulah yang kemudian muncul dibenak saya. Sungguh
ironis, masyarakat yang terkenal sopan dan saling menghormati namun ternyata
tidak saling menghormati dijalan raya. Hal ini akan sangat tidak baik dan tidak
menguntungkan apabila harus diterapkan dalam suatu manajemen. Hambatan-hambatan
yang disebabkan oleh anggota itu sendiri justru akan membuat tersendatnya
ketercapaian tujuan organisasi. Organisasi dibentuk dengan maksud dan harapan
untuk meraih tujuan akhir (baik tujuan individu maupun tujuan bersama).
Dari awal telah dirumuskan suatu
perencanaan (planning), lalu kemudian
disatukanlah rencana-rencana tersebut hingga terbentuk bagian-bagian khusus
yang mempunyai job description yang
jelas (organizing), maka selanjutnya
diantara bagian-bagian tersebut digerakkan untuk bekerja sesuai apa yang harus
mereka kerjakan agar pencapaian tujuan dapat segera terealisasikan (actuating), kemudian setelah semua
proses berjalan maka hal yang sangat penting dari keseluruhan ide dan
pelaksanaan adalah adanya suatu kontrol terhadap jalannya perencanaan yang
telah disusun rapi (controlling). Kontrol
ini biasanya dilaksanakan pada akhir dan selama proses berjalan.
Pengawasan/kontrol pada saat proses sedang berlangsung dinamakan monitoring. Kemudian pengawasan yang
dilakukan diakhir kegiatan adalah evaluasi. Monitoring
dan evaluasi sama-sama bertujuan untuk melihat kembali proses yang sudah
berjalan hingga pada tahap tersebut apakah sudah sesuai dengan perencanaan awal
ataukah malah melenceng. Jika ditemukan ketidak sesuaian dengan perencanaan
awal, maka dengan segera harus diperbaiki supaya tujuan akhir yang ditetapkan
oleh organisasi dapat tetap tercapai. Disinilah peranan controlling, beberapa penyimpangan akan dapat ditemukan dan
diluruskan kembali.
Lalu saya teringat kembali dengan
fungsi besi yang digunakan sebagai pembatas ruas jalan tadi. Saya mengibaratkan
besi tersebut sebagai fungsi dari controlling
yang membuat seluruh pengguna jalan (terutama kendaraan bermotor) tetap pada
jalur yang sebenarnya dan tidak melenceng kejalur lain sehingga lalu lintas
kedua arus dapat berjalan nyaman. Nah bagaiman jika tidak ada controlling atau pengawasan?
Ya………jawabannya sudah dapat kita lihat. Jika sudah demikian, tujuan yang
ditetapkan akan molor dan terancam gagal. Seperti saat kemacetan tersebut,
tujuan saya untuk mengikuti perkuliahan hampir gagal, dan walaupun tercapai
alhasil akan telat.
Itulah pentingnya “pembatas” dalam
mencapai suatu “tujuan”. Sebuah patokan mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar