Senin, 24 September 2012

Perlunya “Pembatas” Untuk Mencapai "Tujuan"


            Rabu jam 6.35 pagi merupakan hari kesembilan belas dibulan September tahun 2012. Semua berjalan seperti biasa sampai pada suatu menit kesekian sampailah saya di jembatan besi Sampangan Semarang. Dalam perjalanan menuju kampus, jembatan besi tersebut merupakan jalan utama yang harus saya dan teman-teman lewati. Macet di jembatan tersebut memang merupakan pemandangan sehari-hari, terutama saat jam berangkat sekolah. Namun pada hari itu saya menemukan pemandangan yang berbeda. Jika hari-hari biasanya kemacetan atau ya……sebut saja peningkatan kendaraan terjadi pukul 7 pagi, nah……hari Rabu kemarin pukul 6.40 semua kendaraan sudah berhenti TOTAL.

            Semua kendaraan berhenti secara amburadul.Ketika kemacetan menginjak menit ketujuh, saya masih merasa aman-aman saja. Namun saat memasuki menit kesepuluh, hati ini terasa tak nyaman. Kuliah masuk jam 7 men……selain itu hari ini giliran saya presentasi tugas matakuliah. Perfect banget dah, udah dibela-belain buat tugas dengan sungguh-sungguh sepenuh hati, e……lah kok pas gilirannya presentasi malah telat!!

            Mata ini clingak-clinguk melihat sekeliling kira-kira ada apa sebenarnya ini?!!! Banyak terlihat wajah-wajah panik, ada yang sibuk menelpon dan SMS teman kantor cuma buat ngasih kabar kalo mereka kena macet, trus ada juga yang kurang kerjaan memfoto traffic jam ini pake BB ato i-phone mereka. Saat itu kemacetanpun sudah mencapai 2 Km. Akhirnya saya sampai pada suatu kesimpulan bahwa hari itu pertigaan dan perempatan jembatan besi tidak ada pak Polisi yang berjaga, lalu biasanya jam 6.30 udah dipasang marka jalan yang terbuat dari besi-besi gitu deh, dan saat itu belum terpasang.

            Hipotesis pertama dan kedua cukup menjadi alasan yang kuat mengapa kemacetan terjadi dengan begitu super hebatnya dan dalam waktu yang terlalu pagi pula. Ditengah kemacetan TOTAL tersebut pikiran saya jauh melanglang buana memikirkan tentang makna marka jalan yang terbuat dari besi yang biasanya digunakan untuk membatasi kedua ruas jalan. Awalnya setiap hari ketika saya lewat dan melihat marka tersebut, saya selalu beranggapan marka tersebut tidak ada gunaanya. Hanya membuat jalanan sempit saja. Namun hari ini saya menemukan jawabannya, dan anggapan saya salah besar!!!!! 

            Sedemikian tidak tertibkah masyarakat kita?? Pertanyaan itulah yang kemudian muncul dibenak saya. Sungguh ironis, masyarakat yang terkenal sopan dan saling menghormati namun ternyata tidak saling menghormati dijalan raya. Hal ini akan sangat tidak baik dan tidak menguntungkan apabila harus diterapkan dalam suatu manajemen. Hambatan-hambatan yang disebabkan oleh anggota itu sendiri justru akan membuat tersendatnya ketercapaian tujuan organisasi. Organisasi dibentuk dengan maksud dan harapan untuk meraih tujuan akhir (baik tujuan individu maupun tujuan bersama). 

            Dari awal telah dirumuskan suatu perencanaan (planning), lalu kemudian disatukanlah rencana-rencana tersebut hingga terbentuk bagian-bagian khusus yang mempunyai job description yang jelas (organizing), maka selanjutnya diantara bagian-bagian tersebut digerakkan untuk bekerja sesuai apa yang harus mereka kerjakan agar pencapaian tujuan dapat segera terealisasikan (actuating), kemudian setelah semua proses berjalan maka hal yang sangat penting dari keseluruhan ide dan pelaksanaan adalah adanya suatu kontrol terhadap jalannya perencanaan yang telah disusun rapi (controlling). Kontrol ini biasanya dilaksanakan pada akhir dan selama proses berjalan. Pengawasan/kontrol pada saat proses sedang berlangsung dinamakan monitoring. Kemudian pengawasan yang dilakukan diakhir kegiatan adalah evaluasi. Monitoring dan evaluasi sama-sama bertujuan untuk melihat kembali proses yang sudah berjalan hingga pada tahap tersebut apakah sudah sesuai dengan perencanaan awal ataukah malah melenceng. Jika ditemukan ketidak sesuaian dengan perencanaan awal, maka dengan segera harus diperbaiki supaya tujuan akhir yang ditetapkan oleh organisasi dapat tetap tercapai. Disinilah peranan controlling, beberapa penyimpangan akan dapat ditemukan dan diluruskan kembali.

            Lalu saya teringat kembali dengan fungsi besi yang digunakan sebagai pembatas ruas jalan tadi. Saya mengibaratkan besi tersebut sebagai fungsi dari controlling yang membuat seluruh pengguna jalan (terutama kendaraan bermotor) tetap pada jalur yang sebenarnya dan tidak melenceng kejalur lain sehingga lalu lintas kedua arus dapat berjalan nyaman. Nah bagaiman jika tidak ada controlling atau pengawasan? Ya………jawabannya sudah dapat kita lihat. Jika sudah demikian, tujuan yang ditetapkan akan molor dan terancam gagal. Seperti saat kemacetan tersebut, tujuan saya untuk mengikuti perkuliahan hampir gagal, dan walaupun tercapai alhasil akan telat.

            Itulah pentingnya “pembatas” dalam mencapai suatu “tujuan”. Sebuah patokan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar