Selasa, 11 Desember 2012

Tugas 6 Bahasa Inggris


Nama   : Muhamad Nukha Murtadlo
NIM    : 0102512006
Prodi   : Manajemen Pendidikan
Dosen  : Ahmad Sofwan, Ph. D

            Berikut adalah kajian pustaka penelitian terdahulu yang membahas mengenai perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi manajemen pendidikan yang diterapkan pada beberapa instansi pendidikan di luar negeri:

       Stehle, Birgit dan Martina (2012) dalam jurnalnya mengenai pengukuran keefektifan pengajaran yang membahas hubungan antara evaluasi pengajaran mahasiswa dan perbedaan pengukuran pembelajaran mahasiswa, mengatakan bahwa berdasarkan evaluasi pengajaran siswa terhadap pembelajaran selalu menghasilkan hasil yang tidak tetap. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat heterogenitas kemampuan mahasiswa yang berbeda-beda. Dijelaskan oleh Stehle bahwa terdapat dua tipe mahasiswa yaitu tipe yang berorientasi pada tujuan (objektif) dan tipe yang berorientasi pada pokok-pokok tiap tahapan pembelajaran (subjektif). Berdasarkan kedua kategori tersebut maka timbulah sistem penilaian yang berbeda. Mahasiswa yang berorientasi pada tujuan biasanya dinilai dengan penghargaan, sedangkan  mahasiswa yang berorientasi pada pokok bahasan dinilai melalui ketelitian dalam mengerjakan ujian. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu ingin mengetahui bagaimana mahasiswa tipe subjektif dalam pembelajarannya. Populasi penelitian tersebut adalah seluruh mahasiswa kesehatan yang sudah memasuki  tahun ketiga, sampelnya yaitu siswa yang tergolong kedalam tipe subjektif. Sedangkan metode yang diterapkan yaitu kuantitatif dengan validitas multisection. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa pada mahasiswa tipe subjektif sangat cocok apabila sistem penilaiannya yaitu dengan penilaian ujian praktek, namun mahasiswa tipe subjektif akan kesulitan apabila penilaian dilakukan dengan pilihan ganda. Hal ini berkaitan dengan daya tangkap dan cara belajar yang dilakukan oleh mahasiswa tipe subjektif. Dengan adanya hasil penelitian tersebut maka pengajar diharapkan dapat mengetahui kriteria dari masing-masing mahasiswanya dan memperkuat kelemahan yang dimiliki mahasiswanya.

            Bahr (2012) mengadakan penelitian mengenai penggolongan himpunan perguruan tinggi berdasar pada penggunaan pola mahasiswa untuk mengetahui tingkat variasi pola mahasiswa dari 105 perguruan tinggi di California. Metode penelitian yang dipakai menggunakan metode kuantitatif. Bahr menemukan bahwa pola mahasiswa sangat bervariasi di seluruh perguruan tinggi dan selanjutnya pola-pola tersebut cenderung mengelompok sedemikian rupa hingga perguruan tinggi diklasifikasikan berdasarkan pola dominan dan pola tidak proporsional. Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil saran bahwa dengan pola keberagaman yang dimiliki masing-masing mahasiswa dapat ditemukan pola-pola penggunaan yang terkait sistematis dengan sejumlah ukuran kinerja kelembagaan. Hal tersebut tentunya dapat digunakan untuk mengoptimalkan peran dosen dalam melaksanakan pengajaran sehingga pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna.

            Selanjutnya Webber (2012) mengemukakan tentang peran dari penelitian kelembagaan  yang ada pada penelitian perguruan tinggi. Penelitian ini didasari oleh lembaga penelitian professional yang sering berfungsi sebagai kolaborator dengan pihak kampus yang memerlukan bantuan dengan desain survei, analisis statistik, review program, dan penilaian program individu atau lembaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan yang dimainkan oleh peneliti kelembagaan dalam studi profil yang komprehensif dan tinggi untuk perkembangan pengelolaan kampus. Penelitian ini fokus terhadap pola perolehan pembelajaran oleh mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menerapkan random sampling terhadap mahasiswa di tiap fakultas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96% mahasiswa merasa kemampuan pembelajaran mereka berasal dari praktek dan penelitian yang ditugaskan. Hasil tersebut kemudian dapat digunakan oleh para pemegang kepentingan untuk mendesain pola pengajaran yang lebih bersifat menuntut mahasiswa untuk aktif menemukan ilmu.

            Pike, John dan Corinna A E (2011) mengadakan penelitian mengenai hubungan antara disiplin dan tingkat keterlibatan dengan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari kedua variabel tersebut terhadap hasil belajar yang kemudian akan dapat diketahui bagaimana pembentukan pengelolaan pembelajaran yang tepat oleh kampus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan sampel acak bertingkat dari 20.000 senior yang berpartisipasi dalam survei nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin mahasiswa secara signifikan terkait dengan tingkat keterlibatan dan hasil belajar. Keterlibatan siswa juga secara signifikan berhubungan dengan hasil belajar. Hal ini diharapkan kampus memberikan sistem pembelajaran yang dapat menjadikan mahasiswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran sehingga dengan keterlibatannya mahasiswa dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi.

            Bentley dan Svein (2012) melalui penelitiannya tentang perbedaan individu dalam kegiatan penelitian yang berada di fakultas perbandingan 13 negara, bertujuan untuk memeriksa tingkat variasi individu dan faktor yang terkait dengan perbedaan individual. Termasuk perbedaan kebijakan universitas mengenai alokasi waktu kerja untuk penelitian antara anggota fakultas, motivasi individu terhadap penelitian, dan komitmen keluarga. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan kuantitatif. Kemudian hasil yang ditemukan Bentley dan Svein menunjukkan bahwa faktor yang terkait dengan waktu kerja penelitian bervariasi di seluruh negara, tetapi motivasi individu terhadap penelitian (relatif terhadap pengajaran) signifikan di semua negara. Pengaruh lingkungan keluarga juga menentukan intensitas mahasiswa dalam sebuah kegiatan penelitian. Kemudian mengenai kebijakan universitas terhadap penelitian dan status penelitian fakultas masing-masing individu merupakan prediktor yang relatif lemah, walaupun efek yang lebih kuat umumnya ditemukan di negara yang berbahasa Inggris. Dari hasil tersebut dapat kita gunakan sebagai bahan acuan di dalam melaksanakan manajemen pendidikan dengan jalan mendorong siswa untuk termotivasi melakukan penelitian di lingkungan sekitar.

            Cox (2011) melakukan penelitian mengenai sebuah budaya pengajaran: kebijakan, persepsi, dan praktek di perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebijakan yang dapat menumbuhkan ''budaya mengajar,'' atau mendorong penggunaan pedagogis secara efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan datanya dari 5.612 mahasiswa di fakultas dari 45 lembaga untuk menguji hubungan antara kebijakan kelembagaan dan persepsi anggota fakultas serta praktek terkait untuk mengajar dan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kebijakan akademik memiliki hubungan kecil dan umumnya tidak signifikan terhadap persepsi fakultas atau praktik. Sebaliknya, karakteristik kelembagaan konvensional, seperti selektivitas dan klasifikasi Carnegie, tampaknya merupakan faktor yang lebih berpengaruh.

Daftar Pustaka:
Bahr, P R. 2012. Classifying Community Colleges Based on Students Patterns of Use. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://download.springer.com/static/pdf/720 /art%253A10.1007%252Fs11162-012-9272-5.pdf?auth66=1352885762_d388558cec5f08 2a3b815e9cd195ee29&ext=.pdf 14 November 2012

Bentley, P. J. dan Svein K. 2012. Individual Differences in Faculty Research Time Allocations Across 13 Countries. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://download.springer.com/static/pdf//art%253A10.1007%252Fs11162-012-9273-4.pdf?auth66=1353378392_f6d1f854869e128cff2f80e384f6e4cd&ext=.pdf 20 November 2012

Cox, B. E, et al. 2011. A Culture of Teaching: Policy, Perception, and Practice in Higher Education. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://download.springer.com/static/pdf/824/art%253A10.1007%252Fs11162-011-9223-6.pdf?auth66=1353379459_0a9332b86c52cd7eebafb671b782c74e&ext=.pdf 20 November 2012

Pike, G. R., John C. S. dan Corinna A E. 2011. The Mediating Effects of Student Engagement on the Relationships Between Academic. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://download.springer.com/static/pdf/760/art%253A10.1007%252Fs11162-012-92734.pdf? auth66=1353378392_f6d1f854869e128cff2f80e384f6e4cd&ext=.pdf 20 November 2012

Stehle, S., Birgit S dan Martina K. 2012. Measuring Teaching Effectiveness: Correspondence Between Students’ Evaluations of Teaching and Different Measures of Student Learning. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://link.springer.com /journal//11162?utm_campaign=Education_778805utm_medium=landingpages&utm_source=springer&wt_mc=springer.landingpages.Education_778805 12 November 2012

Webber, K. L. 2012. The Role of Institutional Research in a High Profile Study of Undergraduate Research. Journal of Research High Education. Diunduh dari http://download.springer.com/static/pdf/498/art%253A10.1007%252Fs11162-012-9257-4.pdf?auth66=1353377618_4298216a01fd065821e81bfa0fa53d24&ext=.pdf 20 November 2012

Minggu, 11 November 2012

Rangsang Aku Secara Seimbang (Kanan & Kiri)


            Akhir pekan ini saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh TARA Nature Epa, sebuah distributor suplemen kesehatan asal Bandung. Seminar tersebut bertempat di Hotel Poroliman Jl. Bhakti nomor 5 Kudus, dengan tema “Mengoptimalkan Fungsi Otak Kiri dan Kanan Dengan Nutrisi dan Pola Asuh yang Tepat untuk Mencerdaskan dan Meningkatkan Kreativitas Anak“ yang disajikan oleh Prof. Dr. A Purba, dr. M. Sc. AIFO. Beliau adalah Guru besar fakultas kedokteran UNPAD.

            Dari kegiatan hari Sabtu tersebut dapat saya sajikan kembali dalam sebuah ikhtisar sebagai berikut ini yang kemudian diharapkan dapat memberikan manfaat pemahaman tentang otak kanan dan kiri :

            Prof Purba mengungkapkan bahwa rata-rata anak di Indonesia merupakan anak yang berkembang dengan otak kiri. Hal ini erat kaitannya dengan pola pendidikan di negara kita yang masih terlalu menonjolkan aspek kognitif. Prestasi hasil belajar yang gemilang sering sekali dihubungkan dengan kecerdasan “super”. Namun hal ini perlu kita renungkan secara mendalam.
            Seorang anak dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Seorang anak selalu mendapat nilai akademik yang rendah bukan berarti dia tidak pintar, hanya saja dia mungkin tidak menyukai bidang akademik tersebut. Mungkin saja dia mempunyai bakat dibidang lain, misalnya olah raga, seni, bahasa, organisasi. Jadi tidak semua kemampuan selalu diukur berdasarkan akademik terutama matematik dan ilmu-ilmu sains lainnya. Kembangkan kemampuan anak sesuai bakat yang dimilikinya, sedangkan untuk menyeimbangkan fungsi otak yang lain maka anak perlu diperkenalkan/dibimbing untuk mengetahui pelajaran tersebut. Tentunya tidak perlu menjadi level “ahli” bukan? Cukup untuk menyeimbangkan antara kanan dan kiri.
            Kecepatan informasi dari satu sel otak ke sel otak yang lain tergantung pada:
1.      Jumlah sel otak.
2.      Jumlah serabut-serabut otak.
3.      Jumlah reseptor.
4.      Jumlah Neurotransmitter.
Terdapat fakta yang menarik yaitu jika otak tidak sering digunakan untuk berpikir maka lama kelamaan fungsi otak tersebut akan menurun dan lama-lama mati (tidak berfungsi). Jadi mari kita dengan semangat yang selalu membara senantiasa menggunakan otak kita untuk berpikir. Semakin sering digunakan, maka fungsi otak akan semakin bagus.
No.
Spesifikasi
Otak Kiri
Otak Kanan
1.
Kecerdasan/Logika
Kreatifitas
2.
Sekuansial Sistematis
Dapat bekerjasama
3.
Linear
Imajinatif
4.
Analitis
Konseptor
5.
Matematis
Acak/tidak teratur
6.
Teknis
Intuitif
7.
Konservatif
Holistik
8.
Perencanaan
Sintesis
9.
Organization
Perasaan
10.
Administratif
Kesadaran spasial
11.
Pemecahan Masalah
Pengenalan bentuk/pola
12.
Bahasa
Musik / seni
13.
-
Kepekaan warna
14.
-
Kreasi / daya cipta
15.
-
Visualisasi
16.
-
Spiritual
            Beliau mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan dan kreativitas:
1.      Genetik, memberikan kontribusi sebesar 40-50%.
2.      Asupan gizi, memberikan kontribusi sebesar 30-40%. (Konsumsi AA & DHA !!!)
3.      Lingkungan, memberikan kotribusi sebesar 10-20%.
           
            Oleh sebab itu orang tua harus memahami 3 golongan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang optimal:
1.      Kebutuhan Fisis Biomedis (Asuh)
Pangan (gizi/nutrisi), perawatan kesehatan, kesegaran jasmani, sandang, papan.
2.      Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Hubungan yang selaras antara Ibu, Bapak dan anak.
3.      Kebutuhan akan Stimulasi otak (Asah)
Pelajaran pada pendidikan formal dan non formal.
            Renungan 4 tipe orang tua:
1.      Tinggi kasih tetapi rendah disiplin, menyebabkan anak manja/kurang ajar.
2.      Rendah kasih tetapi tingi disiplin, menyebabkan anak menjadi pemberontak.
3.      Rendah kasih dan rendah disiplin, menjadikan anak mudah menyepelekan.
4.      Tinggi kasih dan tinggi disiplin, menjadikan anak unggul.
            Sebagai orang tua / guru, tidak diperkenankan memarahi anak / siswa. Ketika seorang anak dimarahi maka ia akan tegang dan meningkat hormon adrenalinnya yang menyebabkan aliran darah tidak dapat lancar ke otak karena saraf-saraf otak menciut sehingga anak tidak dapat berpikir secara tepat. Stress dapat menghambat pengeluaran Neurotransmitter.
            Peran guru dalam meningkatkan kecerdasan dan kretivitas anak:
1.      Beban pembelajaran tidak terlalu berlebihan.
2.      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
3.      Pendidikan yang demokratis.
4.      Mendorong siswa senang belajar.
            Prof. Purba juga menyinggung mengenai perkembangan dan pertumbuhan fungsi otak. Awal kehidupan yang aktif otak kanan yaitu pada saat anak usia 0 sampai 6 tahun. Sedangkan untuk otak kiri mengikuti perkembangan otak kanan. Inilah yang menjadi dasar bahwa pembelajaran anak usia PAUD atau TK hendaknya jangan mengarah kepada pembelajaran membaca&menghitung. Ini sangat tidak tepat. Seharusnya yang diutamakan adalah pengembangan otak kanannya dengan jalan belajar melalui bermain. Perbanyaklah intensitas bermain pada anak usia 0-6 tahun karena ini adalah usia penting yang sangat menentukan perkembangan anak sampai ia tua nanti. Bermain sangat efektif untuk meningkatkan kretivitas anak. Peranan guru adalah menyampaikan makna yang terkandung dalam permainan.
            Demikianlah yang dapat menjadi bahan renungan kita sebagai orang tua / guru. Jika kita paham dan dapat merawat tumbuh - kembang anak maka niscaya bangsa Indonesia akan memiliki SDM yang berkualitas. Kita harus selalu ingat, jangan terlalu menonjolkan otak kiri. Otak kanan mempunyai prosentase yang lebih besar di bandingkan otak kiri dalam menyokong keberhasilan, yaitu 80%.