Kamis, 27 Februari 2014

Hujan Datang, Mahasiswa Hilang



            Ungkapan di atas terasa sangat menggelitik bagi siapa pun yang membacanya. Apakah iya? Benarkah? Sederet pertanyaan kemudian muncul dibenak kita hingga senyum kecil pun tersungging dibibir, khususnya para mahasiswa.
            Setiap dipenghujung tahun sesuai dengan siklusnya, Indonesia mulai memasuki musim penghujan. Hal ini sudah dapat kita rasakan bersama di wilayah Gunungpati intensitas curah hujan sudah mulai meningkat. Keadaan ini akan meningkat hingga nanti puncak musim penghujan tiba.
            Bersamaan dengan hujan yang turun, saya rasa diantara kita para mahasiswa dan Ibu/ Bapak dosen pernah mendapati kelas yang seharusnya terisi mahasiswa, tetapi hanya beberapa saja yang datang. Tak lain dan tak bukan hujan yang turun menjadi alasan ketidak hadiran.
            Sebenarnya sebagai mahasiswa hal ini dapat kita renungkan kembali. Terkadang kita lupa bahwa kita jauh-jauh datang dari kampung halaman ke Unnes dengan membawa pesan orang tua yaitu kuliah menuntut ilmu. Pesan tersebut cukup jelas bahwa kita mengemban amanat yang luar biasa besar dan berkaitan dengan restu orang tua. Pada kenyataannya ketika kita telah sampai di sini, godaan-godaan akan muncul sehingga menggoyahkan semangat kita.
            Salah satu contoh kecil yaitu datangnya musim penghujan ini. Jika kita telaah secara geografis, sebenarnya sudah menjadi ketentuan kalau Indonesia memiliki dua musim. Ketika kita mengetahui hal tersebut secara mendalam, maka kita akan memiliki sebuah pemahaman bahwa apa pun musimnya tidak menjadi hambatan. Yang selanjutnya kita pikirkan adalah bagaimana agar semangat kita tidak luntur menghadapi musim-musim tersebut.
            Fakta yang dapat kita jadikan renungan yaitu kita dari kampung halaman menuju Unnes dengan menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer dengan berbagai moda transportasi. Bagi yang menggunakan kendaraan umum seperti bus saya rasa masih cukup nyaman ketika hujan diperjalanan. Namun bagi para pengendara sepeda motor hal ini cukup merepotkan. Sadarkah kita semua, dalam keadaan hujan seperti itu kita tetap melanjutkan perjalanan.
            Lalu pertanyaannya adalah jika dengan jarak yang begitu jauh kita masih bertekad untuk melanjutkan perjalanan kenapa dengan jarak yang hanya beberapa kilometer saja dari kost kita dengan mudah menyerah ketika hujan?
Lebih membulatkan tekad
            Jika kita telah mampu merenungi hal di atas maka saya rasa solusi mendasar yang kita butuhkan adalah dengan lebih membulatkan tekad. Kita sebagai insan yang dididik dan memiliki pengetahuan yang cukup dapat menjawab semua tantangan yang ada. Dalam mengikuti perkuliahan, mahasiswa memang telah diberikan kesempatan maksimal sebanyak 3 kali untuk tidak hadir. Kesempatan tersebut sepenuhnya adalah hak kita, mau digunakan atau tidak, kapan kita akan menggunakannya, semua terserah kita.
            Akan tetapi jika kita memiliki semangat dan sadar akan tugas kita di sini, kita tidak akan menggunakan kesempatan tersebut dengan sesuka hati. Akan timbul semacam beban di dalam diri ketika kita menggunakan kesempatan tersebut seenaknya apalagi jika hanya permasalahan hujan yang turun di musim penghujan. Bukan disebut musim penghujan jika pada saat tersebut hujan tidak turun, lalu masihkah kita dengan mudah mengambil pilihan bolos karena hujan?
            Tulisan ini bukan bermaksud menggurui atau bahkan menganggap mahasiswa tukang bolos, melalui tulisan ini saya berharap kita dapat berpikir lebih jauh ke depan bahwa kita memiliki tanggung jawab yang harus kita laksanakan. Tanggung jawab sebagai mahasiswa dan sebagai seorang anak tentunya. Mari kita gunakan kesempatan ketidak hadiran tersebut dengan bijak.
            Karakter yang kuat akan menjadikan kita siap menghadapi tantangan yang ada.

Kamis, 09 Januari 2014

Logo SMK Kristen Gergaji Semarang

 Berikut ini adalah logo dari SMK Kristen Gergaji Semarang. Banyak teman-teman dan termasuk saya yang cukup kesulitan untuk mendapatkan logo SMKKG di internet. Ide untuk memposting logo ini sebenarnya sudah menjadi rencana lama, tetapi karena tertutup dengan berbagai macam kesibukan akhirnya rencana itu terkubur dalam-dalam. Hingga akhirnya hari ini salah seorang teman yang bernama FIR memberikan ide yang briliant sekali. Yap this is it ..... silakan download di sini. Semoga hal ini dapat membantu siapa saja yang membutuhkan logo SMKKG dengan cepat dan instan.

Jumat, 27 Desember 2013

Belajar Wirausaha di Sekolah

            Jumlah ideal wirausahawan dalam sebuah negara minimal 2% dari jumlah penduduk negara tersebut, sedangkan untuk negara Indonesia saat ini masih 0,24% dari jumlah penduduk yang berjumlah 237,64 juta orang (SM 3/12). Angka tersebut apabila kita cermati lebih mendalam akan memunculkan pertanyaan mengapa begitu sulit untuk meningkatkan angka tersebut.
            Orang yang menggeluti dunia wirausaha terkenal sebagai pribadi yang tekun, ulet dan kreatif memunculkan ide-ide yang bernilai jual. Dengan identitas tersebut lantas apakah masyarakat Indonesia bukan tipe orang yang berkarakter seperti demikian? Saya rasa hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berani terjun ke dunia wirausaha, mulai dari ketersediaan modal hingga mental atau mindset yang tertanam dibenak setiap orang.
            Pada perkembangannya saat ini kita dapat melihat bahwa wirausaha semakin mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengajak masyarakat Indonesia tidak hanya pasif sebagai pencari kerja, tetapi diharapkan justru mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga angka pengangguran akan semakin berkurang, masyarakat menjadi lebih produktif tanpa harus tergantung dengan perusahaan yang hanya membutuhkan beberapa pegawai saja.
            Untuk mengurai permasalahan ini saya melihat perhatian pemerintah saat ini telah sampai pada bangku sekolah. Banyak sekolah bahkan kampus-kampus sekarang berani mendeklarasikan diri sebagai sekolah yang berwawasan kewirausahaan. Hal ini semakin menarik untuk kita cermati karena selain deklarasi tersebut, dalam mata pelajaran yang diterima siswa saat ini terdapat mata pelajaran kewirausahaan.
Sedini mungkin
            Usaha ini bukan merupakan sebuah usaha yang terkesan asal. Mengapa di bangku sekolah? Jika kita lihat maka tempat yang paling tepat untuk memperkenalkan dan membina masyarakat terkait hal kewirausahaan adalah sekolah. Hal ini didasarkan bahwa pendidikan bukan hanya memberikan pengetahuan saja tetapi juga keterampilan. Selain itu usia anak sekolah dianggap sebagai usia yang produktif sehingga mereka perlu untuk mendapatkan bekal sebelum mereka terjun ke dunia kerja.
            Tujuan lain yang ingin dibidik adalah untuk memperkenalkan jiwa kewirausahaan kepada para siswa sedini mungkin. Hal ini mengingat bahwa jiwa kewirausahaan akan semakin tumbuh dan berkembang dalam pribadi seseorang membutuhkan proses. Dengan pengenalan dini ini diharapkan proses tersebut dapat berjalan dengan sempurna. Namun yang selanjutnya menjadi perhatian untuk kita semua adalah jangan sampai penumbuhan jiwa kewirausahaan yang sudah terintegrasi ke dalam mata pelajaran kewirausahaan berhenti sebatas pemberian ilmu di dalam kelas saja. Pada level ini kita membutuhkan guru yang cerdas untuk mengajarkan mata pelajaran wirausaha ini.
            Guru cerdas yang saya maksudkan di sini adalah guru yang penuh ide dan kreativitas yang tinggi terutama dalam hal untuk melakukan praktek nyata kewirausahaan dengan siswa. Hal ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik mata pelajaran kewirausahaan yang diajarkan. Jika mata pelajaran tersebut hanya sebatas mengkaji ilmu di ruang kelas saja, maka sangat tidak tepat karena mata pelajaran ini mempunyai karakteristik action. Melalui aksi nyata maka para siswa akan memperoleh keterampilan bagaimana caranya melihat peluang, memulai serta mengelola ide-ide bisnis mereka.
            Pada praktek di masing-masing level pendidikan hal ini dapat disesuaikan dengan jenjang yang ditangani. Sebagai contoh pada tingkat sekolah dasar, hal yang ingin ditanamkan adalah memperkenalkan kemampuan diri dalam mengkreasikan barang-barang di sekitar yang mampu bernilai ekonomis. Misalnya kerajinan tangan sederhana dan menggambar. Selanjutnya pada tingkat sekolah menengah hal yang ingin ditanamkan adalah bagaimana mereka agar berani melakukan kegiatan wirausaha. Misalnya menjual produk, kemudian meghitung laba yang mereka peroleh dan menjaga agar usaha yang mereka jalankan dapat bertahan atau justru mampu membidik usaha baru sesuai peluang yang muncul.
        Serangkaian kegiatan di atas mutlak membutuhkan guru yang kreatif. Guru yang mampu membangunkan jiwa kewirausahaan yang ada di dalam diri siswa. Perencanaan kegiatan wirausaha yang akan dijalankan tidak harus berupa kegiatan yang besar dan mendatangkan keuntungan yang besar. Justru dimulai dari kegiatan yang sederhana yang terpenting adalah rasa percaya diri dan pantang menyerah mampu tertanam di hati para siswa. Misalnya menjual kembali makanan ringan siap saji kepada para calon pelanggan. Tentunya para siswa harus mencari calon pelanggan yang sesuai dengan produk yang mereka miliki.
            Apabila mulai jenjang sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi mampu mengemas pembelajaran kewirausahaan dengan baik, maka saya yakin proses yang berjalan panjang dan berkesinambungan akan semakin memantapkan pola pikir siswa menjadi seorang wirausahawan. Mari kita temukan kemasan tersebut demi bekal anak didik kita.

Senin, 02 Desember 2013

Pendidikan Karakter Dalam UAS



            Sesuai dengan kalender pendidikan, kegiatan belajar mengajar semester Gasal tahun pelajaran 2013/2014 akan berakhir pada bulan Desember. Hal tersebut ditandai dengan diselenggarakannya ujian akhir semester (UAS) gasal. Sejauh ini beberapa sekolah, khususnya yang berada di wilayah kota Semarang telah mempersiapkan segala keperluan terkait penyelenggaraan UAS di sekolah masing-masing.
            Setelah hampir satu semester para siswa berkutat dengan segala metode pembelajaran, maka bulan Desember nanti merupakan saat di mana mereka diuji kemampuannya. Bukan hanya diuji aspek pengetahuan saja, tetapi menurut saya UAS ini juga menguji sikap siswa. Sikap disini dapat kita artikan sebagai sebuah pengujian terhadap nilai-nilai karakter yang selama proses kegiatan belajar mengajar telah disisipkan oleh guru.
            Pengenalan dan penumbuhan nilai-nilai karakter ini dapat kita jumpai mulai dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun guru sampai dengan isi materi pelajaran yang akan diajarkan. Setidaknya minimal terdapat 18 nilai karakter yang hendak ditanamkan kepada para siswa. Saya mempunyai pandangan bahwa UAS gasal bulan Desember nanti dapat kita gunakan sebagai moment untuk semakin memperkuat pendidikan karakter siswa.
            Pandangan ini saya awali dari penanaman pendidikan karakter sebenarnya tidak hanya pada saat proses kegiatan belajar mengajar saja, tetapi hingga pada pelaksanaan UAS. Sehingga sampai pada tahap ini kita mempunyai pemahaman bahwa UAS memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemerkuat sekaligus menguji pendidikan karakter siswa.
Kalimat Pengingat
            Sejak pendidikan karakter mulai diterapkan, perlengkapan pembelajaran seperti RPP, buku pelajaran dan buku lembar kerja siswa ditambahkan kolom kandungan nilai karakter. Terkait dengan UAS kita juga dapat menuliskan sederet kalimat pengingat berupa kalimat motivasi atau kalimat penyemangat. Sebagai contoh “Berusaha keras adalah kemenangan yang hakiki. Yakinlah dengan kemampuan mu”. Hal ini termasuk dalam nilai karakter, pantang menyerah, percaya pada kemampuan diri sendiri dan jujur.
            Contoh kalimat sederhana di atas adalah sepenggal kalimat yang bermuatan pendidikan karakter yang dapat dituliskan pada lembar soal ujian dan ditempatkan paling bawah di halaman terakhir. Konsep seperti ini mengingatkan kita pada buku tulis yang disetiap akhir halamannya terdapat kalimat atau kata-kata mutiara. Jika hal tersebut dapat memacu siswa untuk menjadi lebih baik, kenapa tidak kita adopsi ke dunia pendidikan.
Saya rasa penulisan kalimat tersebut tidak akan memakan banyak tempat karena ditempatkan pada halaman terakhir dan paling bawah setelah soal terakhir. Selain itu biasanya saya melihat terdapat kalimat “Selamat mengerjakan, semoga sukses”, jika sama-sama menuliskan sebuah kalimat mengapa tidak kita coba kalimat motivasi yang mengandung nilai karakter seperti di awal tadi.
            Harapan yang ingin dicapai dari cara ini adalah untuk mengingatkan dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa ujian yang sedang mereka hadapi merupakan tahap akhir atas apa yang telah mereka jalani selama satu semester, sehingga kesungguhan adalah hal yang sangat menentukan dan sangat dihargai. Bukan hanya sekedar nilai akhir saja yang didapat, tetapi sebuah nilai proses yang terpenting.
            Semoga cara ini mampu direspon positif oleh dinas pendidikan maupun sekolah yang mengadakan penggandaan soal. Saya rasa hal ini layak kita coba sebagai salah satu upaya kita para pendidik secara kontinyu untuk membawa siswa sebagai pribadi yang berkarakter, sehingga harapan jauh ke depannya adalah siswa siap menghadapi ujian apapun termasuk ujian nasional.

Minggu, 24 November 2013

Kita Juga Pahlawan



            Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kalimat tersebut selalu menjadi tagline bulan November di negara Indonesia.
            Mereka mempunyai semangat dan tekad yang sungguh luar biasa dalam mempertahankan negara Indonesia hingga mereka rela mempertaruhkan nyawa. Pada era sekarang ini konsep pahlawan saya rasa tidak sesempit apa yang mereka lakukan zaman dahulu. Saat ini pahlawan adalah mereka yang mempunyai jiwa mengabdi untuk negara dan tanpa memikirkan apa yang akan mereka peroleh bahkan tanpa memikirkan apakah nantinya mereka akan dikenal atau tidak atas jasa-jasanya itu.
            Hari pahlawan saat ini sebaiknya bukan hanya dimaknai sekedar ceremonial belaka dengan mengadakan upacara bendera. Jika kita dapat bertanya kepada mereka para pahlawan yang telah gugur, mereka sebenarnya tidak menginginkan dihormati dengan sedemikian rupa. Mereka lebih memilih kita sebagai generasi penerus bangsa mampu memberikan hal yang lebih untuk bangsa Indonesia. Semangat perjuangan yang dahulu menggunakan otot sekarang telah bergeser menggunakan otak. Rasa nasionalisme yang tinggi serta fokus terhadap pembangunan bangsa.
            Para pahlawan memang tidak menginginkan dihormati dengan sedemikian rupa, tetapi upacara bendera adalah salah satu bukti bahwa kita menghormati dan menghargai mereka. Siapapun kita, setiap diri kita adalah pahlawan. Sekarang yang belum kita lakukan adalah membela dan membangun negara kita tercinta sesuai dengan apa yang kita miliki. Mereka semua menunggu langkah nyata kita untuk Indonesia.