Saat peringatan hari pendidikan
nasional 2 Mei yang lalu, terdapat sedikit pertanyaan yang mengganjal di benak
saya. Saya bertanya kepada diri sendiri sebenarnya apa makna dari kata
pendidikan? Sejenak hal tersebut menjadikan saya berpikir karena rasa-rasanya peringatan
hari pendidikan nasional hanya milik mereka yang lekat dengan dunia pendidikan,
misalnya saja siswa, guru dan instansi pendidikan.
Sekilas memang mereka yang dekat
dengan praktik dunia pendidikan secara langsung. Namun dari pemahaman ini seakan
saya menemukan adanya penyempitan makna. Hal ini tidak terlepas dari pandangan
masyarakat kita yang hingga saat ini pendidikan dimaknai sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan sekolah. Sehingga secara singkatnya, jika seseorang sudah
tidak lagi mengenyam bangku sekolah maka berakhir pula tugas pendidikannya.
Untuk mengupas hal ini mari kita
gunakan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. UU tersebut
mengatur segala hal mengenai seluk beluk penyelenggaraan pendidikan. Dalam UU
tersebut dijelaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pengertian tersebut jelas
sekali kita tidak menemukan kata atau hal yang menyinggung tentang SD, SMP, SMA
atau bahkan perguruan tinggi. Hal yang demikian itu disebut sebagai jenjang
pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik. Sehingga kurang tepat jika pendidikan hanya
dihubungkan dengan sekolah.
Yang saya tangkap dari pengertian di
atas megenai hakikat pendidikan adalah pendidikan merupakan usaha penyiapan diri
atas lingkungan yang selalu berkembang, dengan pendidikan kita dapat meningkatkan
kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat, dan pendidikan itu berlangsung
seumur hidup. Inilah inti yang harus selalu diingat bersama, bahwa pendidikan
itu tidak bergantung sampai dimana jenjang yang telah kita lalui dan pendidikan
akan selalu berlangsung selama seseorang masih membutuhkan perkembangan dalam
kehidupannya.
Pemaknaan
Mendalam
Pendidikan sejatinya mengajak kita
untuk aktif mengembangkan diri. Pendidikan erat kaitannya dengan proses
belajar. Proses dimana seseorang akan bertambah pengetahuan serta
keterampilannya. Belajar ini juga tidak terdapat batasan, terutama batasan
jenjang dan usia. Paulo Freire seorang pemikir pendidikan asal Brasil mengemukakan
tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.
Jika kita telaah lebih mendalam,
maka kita akan menemukan hubungan dengan penjelasan di awal bahwa pendidikan itu
meningkatkan akan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. Sampai di sini
saya kembali menemukan hal yang menurut saya unik, jika kita saksikan berita terhangat
mengenai kekerasan dan perilaku menyimpang yang terjadi di dunia pendidikan, jelas
ini bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Paulo Freire. Pendidikan itu
mengangkat derajad manusia, bukan justru sebaliknya.
Sudah saatnya kita untuk mengembalikan
hakikat pendidikan Indonesia sesuai aslinya. Karena yang terjadi saat ini
hanyalah pembanggaan atas jenjang yang telah dicapai, bukan kemampuan apa yang
dimiliki dari hasil menempuh pendidikan. Para guru harus menyadari hal ini
sehingga pemberian motivasi untuk selalu belajar kepada siswa dapat dilakukan secara
kontinyu. Bukan hanya sekedar mengejar peringkat kelas, tetapi juga bagaimana
menjadikan siswa untuk selalu menjadikan belajar sebagai kebutuhannya.
Jangan lupa bahwa jalur pendidikan
meliputi pendidikan formal, nonformal serta informal. Sehingga semakin jelas
bahwa urusan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga
masyarakat, hingga pada satuan terkecil dan inti yaitu keluarga bertanggung
jawab dalam pendidikan informal.
Jelas sudah bahwa pendidikan bukan
hanya milik mereka yang berkecimpung di sekolah, tetapi semua memiliki peran dalam
memajukan pendidikan. Implikasi dari pemaknaan pendidikan secara menyeluruh ini
adalah sebagai berikut: pertama bagi
para siswa yang sebentar lagi lulus tetapi dari faktor keuangan tidak mencukupi
untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, masih banyak jalur pendidikan yang
dapat dipilih. Yang paling utama kita memiliki semangat belajar yang tinggi, sehingga
dari mana pun sumbernya kita masih dapat menambah pengetahuan.
Kedua, bagi para orang tua maka sudah
seharusnya mereka memberikan perhatian dan bimbingan penuh kepada anak sebagai
bentuk pendidikan informal. Ketiga, bagi
para panitia MOS atau Ospek dalam tahun ajaran baru mendatang harus bisa
memberikan program pengenalan kepada juniornya dengan baik, karena mereka
datang dengan niat untuk belajar. Keempat,
ketika longlife education telah
benar-benar tertanam kuat pada generasi muda, maka pendidikan untuk peradaban
Indonesia yang unggul seperti tema hardiknas 2014 akan dapat terwujud.
* Publikasi ulang dari koran Barometer edisi 24 Mei 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar