Kegiatan belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan siswa. Siswa dalam hal ini diposisikan sebagai objek sekaligus subjek belajar. Pembelajaran pada era sekarang sangat berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran pada zaman orangtua atau nenek kita. Pembelajaran pada zaman sekarang lebih bersifat sangat memperhatikan siswa. Setiap guru selalu berlomba-lomba untuk menerapkan metode yang tepat demi keberhasilan belajar siswanya.
Tidak selamanya hubungan antara pembelajaran dan hasil belajar berbentuk hubungan lurus. Banyak hal yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Arikunto 2004:2 menyebutkan bahwa pembelajaran bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan dalam mencapai prestasi belajar. Ada hal lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal lain ini adalah merupakan faktor eksternal siswa :
a.Keadaan fisik dan psikis siswa, yang ditunjukkan oleh IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, dan minat.
b.Guru yang mengajar
Seperti latar belakang guru, penguasaan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan guru terhadap siswa.
c.Sarana pendidikan
Meliputi ruang tempat belajar, alat-alat belajar, media yang digunakan guru, dan buku sumber belajar.
Hampir semua perilaku manusia adalah hasil dari proses belajarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah proses pematangan atau pendewasaan seseorang. Belajar juga didorong oleh kebutuhan atau keinginan yang dimiliki dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan.
Sadirman (2004: 95) ”belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada ak-tivitas”.
Gie (1985: 6) “Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.”
Begitu pentingnya aktivitas siswa dalam kegiatan, sehingga banyak sekali metode pengajaran yang diciptakan lebih ditekankan kearah peningkatan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar.
Metode pengajaran yang telah ditemukan sangat banyak sekali. Semua dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang oleh guru. Beberapa metode pengajaran yang sudah ada antara lain adalah Metode ceramah (metode ceramah juga dapat dipadukan dengan metode yang lain), Metode diskusi, Metode resitasi, Metode percobaan, Metode latihan keterampilan, Metode mengajar beregu, Metode mengajar sesama teman, Metode pemecahan masalah, Metode perancangan, Metode Bagian, Metode Global, Metode Discovery, Metode Inquiry, dan salah satunya adalah metode Karya wisata.
Metode karya wisata adalah metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Metode ini lebih kita kenal dengan field trip. Siswa diajak untuk berwisata yang didalamnya termuat unsur pembelajaran. Siswa dapat melakukan pengamatan secara langsung dan dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar dilokasi. Metode karya wisata menawarkan pembelajaran yang menyenangkan karena siswa memperoleh pengetahuan baru langsung dari sumbernya, berbeda ketika mereka hanya membaca melalui buku. Siswa dapat melihat dan membayangkan contoh langsung yang ada didepan mata mereka.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a.Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan.
b.Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu.
c.Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karya wisata dapat mengatasi kebosanan siswa belajar dalam ruang kelas. Karya wisata juga mampu memberi penguatan memory yang lebih dibandingkan dengan hanya membaca buku. Namun sebagai guru harus ingat bahwa kekurangan yang ada dalam metode karya wisata harus diminimalkan. Selama ini karya wisata lebih condong kearah wisatanya saja, maka guru harus pintar-pintar dalam perencanaan sebelum penerapan metode ini. Diperlukan adanya tujuan yang jelas. Hasil pengamatan atau observasi yang telah dilakukan siswa harus ditagih dan perlu adanya evaluasi dan penilaian dari kegiatan karya wisata. Hal ini akan meminimalisir anggapan bahwa karya wisata lebih condong kearah wisata tanpa belajar.
Setiap metode terdapat keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan metode yang akan digunakan harus sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Jadi tidak boleh asal dalam menentukan metode mengajar.
Jadilah guru yang kreatif. Selalu tingkatkan minat belajar siswa.