Oleh:
Muhamad
Nukha Murtadlo
A.
Pendahuluan
“Dunia tanpa arsip, ibarat dunia
tanpa informasi”. Itulah sepenggal kalimat yang tertera diselembar stiker yang
saya peroleh dari stand Arsip Daerah
kota Semarang ketika saya mengunjungi pameran buku yang diselenggarakan di
gedung wanita Semarang bulan April 2012 silam. Pikiran saya tergelitik saat
mendapatkan souvenir tersebut,
sepenggal kalimat yang menurut saya sangat sederhana namun sering kita tidak
menyadarinya.
Ketika kita berbicara mengenai
informasi, pikiran kita sering sekali tertuju kepada suatu sumber yang “lazim”
kita datangi dan sangat dekat dengan kita. Sebut saja perpustakaan, media baik
cetak maupun elektronik, diskusi dalam sebuah seminar atau pertemuan. Apa lagi
pada era sekarang dengan kecanggihan tekhnologi yang sudah semakin berkembang,
arus informasi tersebut dapat mengalir dengan demikian cepatnya.
Sedangkan ketika kita berbicara
tentang arsip, pemikiran kita tertuju kepada suatu dokumen yang sudah
terlewatkan masa pemakaiannya, kemudian disimpan didalam rak penyimpanan dengan
sistem penyimpanan tertentu, dalam jangka waktu tertentu, lalu setelah masa
penyimpanan telah usai kemudian berkas tersebut dimusnahkan supaya tidak
membuat penuh tempat penyimpanan. Pemikiran tersebut tidak salah, karena jika
kita berpikiran seperti itu berarti pemikiran kita tertuju kepada berkas-berkas
atau arsip administrasi perkantoran.
Arsip yang akan kita bahas pada
artikel ini adalah arsip kenegaraan bangsa Indonesia pada masa silam. Masa
dimana negara Indonesia sedang dalam masa “penggodogan” jati diri, kemudian
masa kelahiran, serta masa perkembangan bangsa Indonesia. Mengingat jenis arsip
yang sedemikian pentingnya itu, maka tidak ada kata pemusnahan. Arsip tersebut
disimpan dan dirawat dengan rapi tentunya di Arsip Negara Republik Indonesia.
Tempat penyimpanan arsip menurut
saya tidak ubahlah bagaikan perpustakaan. Arsip dapat menceritakan banyak hal
kepada kita layaknya buku yang kita baca di perpustakaan. Bahkan lebih dari
itu, jika kita mau untuk mencermati lebih dalam tentang arsip tersebut, maka
kita akan mendapatkan suatu pesan moral yang sungguh sangat berarti untuk
kehidupan kita para generasi penerus. Cobalah sesekali jika anda membaca suatu
arsip, jangan hanya sekedar dibaca isi atau apa yang tertulis diarsip tersebut.
Coba anda kaji lebih dalam tentang asal mula terbitnya dokumen tersebut, atau
jika arsip tersebut berupa foto maka coba imajinasikan perbandingan foto
tersebut dengan keadaan saat ini. Pasti anda akan mendapatkan sesuatu pelajaran
yang berharga pada diri anda.
Saya ingin menyampaikan bahwa
sebenarnya kita telah terlalu jauh melupakan makna kebersamaan bangsa. Kita
terlalu sibuk mempermasalahkan perbedaan masing-masing individu. Semangat dalam
membangun bangsa terkadang harus ternomor duakan setelah kepentingan kelompok.
Sudah saatnya kita berhenti sejenak dari segala macam hiruk pikuk dan keruwetan
ini, lalu mencoba untuk menyadarkan diri bahwa semua ini harus lahir kembali
dengan semangat yang sama saat Indonesia merdeka 67 tahun silam.
Bagaimana
caranya? Salah satunya yang saya ungkapkan dalam artikel ini adalah dengan arsip
yang berperan sebagai salah satu penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Kita akan mengkaji bersama bagaimana arsip dapat memberikan
kita informasi sekaligus pembelajaran makna hidup berbangsa dan bernegara.
Melalui semangat persatuan maka kita akan diajarkan bagaimana melihat arsip
tidak hanya sebagai berkas lawas yang disimpan untuk kenang-kenangan.
B.
Menjaga
Kedaulatan NKRI Melalui Arsip
Sudah
pernahkah anda mendatangi kantor arsip kota atau daerah anda? Jika sudah, apa
yang biasanya akan anda temukan di kantor tersebut. Pasti segala macam dokumen
yang berhubungan dengan perjalanan kota anda. Tidak jarang juga kita menemukan
dokumen yang tersimpan berupa foto kegiatan bersejarah atau foto tata kota saat
itu.
Anda
boleh saja menganggap arsip sebagai tempat rekreasi seperti museum dimana anda
dapat melihat peninggalan bersejarah pada zaman dahulu yang masih disimpan
sampai saat ini. Namun saya lebih mengharapkan anda dapat melihat arsip sebagai
saksi bisu lahirnya perjuangan sejarah, jadi lebih dari hanya sekedar benda
“kenang-kenangan”.
Arsip
dapat berperan sebagai alat atau media penjaga kedaulatan NKRI. Peranan ini
tentunya harus kita dukung dan kembangkan bersama, supaya banyak orang yang
juga berpandangan sama mengenai peranan tersebut. Di bagian awal saya
mengungkapkan bahwa jika anda dapat menangkap makna yang tersirat dari
dokumen-dokumen tersebut maka niscaya anda akan menjadi orang yang bijaksana.
Orang yang bijaksanalah yang saat ini sedang dibutuhkan bangsa Indonesia,
dimana ketika ia melihat suatu perbedaan dapat menyikapi dengan bijak dan penuh
tanggung jawab.
Mari
kita kaji satu persatu dokumen apa saja yang terdapat di kantor atau dinas penyimpanan
arsip (baik daerah maupun pusat) dan pemaknaan apa yang dapat kita petik
pelajaran untuk kita implementasikan dalam kehidupan berbangsa sebagai upaya
kita untuk menjaga kedaulatan NKRI.
1. Hasil
suatu perjanjian atau pertemuan.
Pada masa perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia, negara kita sering sekali mengadakan
perundingan-perundingan dengan pemerintahan kolonial pada saat itu. Perjanjian
tersebut biasanya dilakukan oleh salah satu orang yang ditunjuk untuk mewakili
Indonesia dalam merumuskan perjanjian. Perjanjian tersebut diantaranya
perjanjian Renville, perjanjian
Bongaya, perjanjian Linggar jati. Ketika kita membaca isi dari perjanjian
tersebut janganlah hanya sekedar membaca saja, namun resapilah makna hingga
terjadinya perjanjian tersebut. Pertama, pada dasarnya perjanjian-perjanjian
itu dilaksanakan untuk mendapatkan titik tengah atau win-win solution dari kedua belah pihak. Terdapat makna saling
menghargai antar kedua belah pihak walaupun saat itu kedua belah pihak sedang
dilanda kebencian yang amat sangat. Hal ini yang sedang krisis diantara kita
(rakyat Indonesia). Berbeda sedikit saja, timbullah perpecahan. Mari kita dapat
menahan diri seperti para perunding sejati bangsa Indonesia saat itu. Kedua, para
delegasi yang ditugasi untuk merumuskan perjanjian sangat menjunjung tinggi rasa
kebangsaan. Hal ini dibuktikan bahwa poin-poin perjanjian yang mereka setujui
haruslah berpihak kepada kepentingan bangsa. Ini mungkin dapat ditiru oleh para
anggota dewan yang terhormat, dimana saat mengesahkan undang-undang atau
peraturan maka harus menjunjung tinggi kepentingan rakyatnya. Ketiga, dari
perjanjian tersebut merupakan suatu upaya atau bentuk pemikiran agar masyarakat
Indonesia tidak terpecah belah. Ada semacam rasa tidak tega dan tidak rela jika
melihat sesama bangsa Indonesia tertindas dalam ketidak adilan. Kita lihat saja
beberapa perundingan misalnya konferensi Asia-Afrika 1955 yang dipelopori oleh
Indonesia melalui Ir. Soekarno atas penindasan yang masih terjadi di negara
Afrika dan menghasilkan Dasa sila Bandung, sumpah pemuda yang diikrarkan oleh
seluruh pemuda Indonesia dari berbagai pelosok nusantara. Keseluruhan
perjanjian tersebut bertujuan untuk menjaga Indonesia tetap satu dan sepakat
untuk membulatkan tekat melawan penindasan.
2. Pidato
kepresidenan.
Pidato keprsidenan yang sampai saat
ini masih banyak disimpan adalah pidato dari presiden pertama Republik
Indonesia Ir. Soekarno. Memang, presiden pertama kita itu terkenal sebagai
orator yang unggul. Beliau dapat dengan mudah mengobarkan semangat para
rakyatnya hanya dengan orasi yang sungguh memikat hati. Rekaman pidato baik
berbentuk rekaman suara maupun rekaman gambar jika kita perhatikan, presiden Soekarno
selalu mempunyai makna yang mendalam disetiap pidato yang ia bacakan. Terlebih
lagi, para audience yang tidak lain
adalah rakyatnya sendiri selalu menyambut dengan penuh antusias dan selalu
diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah. Apakah pidato pejabat sekarang perlu
untuk diberi tepuk tangan? Bukan seperti itu maksud saya. Saya melihat ada
suatu penghormatan rakyat terhadap pemimpinnya. Hal ini jika kita kaji lebih
dalam dikarenakan sosok pemimpin yang menghargai rakyatnya, sehingga timbul
kecintaan yang mendalam dihati rakyat. Hubungan yang harmonis bukan?
3. Dokumen
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Dokumen selain naskah proklamasi
juga banyak, misalnya Pancasila kemudian pembukaan UUD 1945. Dari beberapa
contoh dokumen tersebut dapat kita resapi bahwa susunan kata dan kalimatnya
sungguh sangat memiliki makna yang mencakup luas seluruh lapisan rakyat
Indonesia. Dari pemaknaan tersebut kita dapat mengambil makna bahwa persatuan
dan kesatuan bangsa lebih diatas segalanya.
4. Foto-foto
zaman dahulu.
Ini adalah koleksi yang paling
sering dan pasti ada disetiap kantor arsip daerah, yaitu foto perkembangan tata
kota. Pada saat saya mendatangi stand
Arsip Daerah kota Semarang saat acara pameran buku, ada satu foto yang membuat
saya terkagum-kagum sekaligus terheran-heran. Itu adalah foto jembatan Berok kota Semarang tahun 1938 Didalam foto
tersebut sungai Berok sedang dilewati
kapal Belanda yang sedang mengarungi sungai untuk melakukan perdagangan di kota
Semarang tepatnya di daerah sekitar sungai Berok dan daerah Johar. Saya sungguh kagum melihat foto tersebut Karena
melihat kondisi sungai Berok yang
saat ini, sepertinya sulit untuk percaya bahwa sungai tersebut pada zaman
kolonial Belanda dipergunakan sebagai akses pintu masuk kapal perdagangan. Sehingga
kalau mau diruntut juga terdapat pasar yang dibangun oleh Belanda untuk
mendukung fungsi perdagangan dikala itu, yaitu pasar Johar. Melalui foto-foto
inilah kita dapat mengambil pelajaran yang bermakna mengenai semangat
konservasi lingkungan, kebudayaan serta perncanaan perekonomian. Dari contoh
foto sungai Berok tersebut dapat kita
kembangkan pemikiran bahwa pendangkalan yang saat ini terjadi di sepanjang
sungai Berok sangatlah parah dan
ukuran sungai yang semakin menyempit dengan adanya pelebaran jalan serta
pemukiman penduduk. Tak ayal jika musim penghujan tiba atau saat rob datang,
kawasan tersebut tergenang air dengan waktu yang cukup lama karena fungsi utama
sungai Berok sudah tidak maksimal
lagi. Sisi lain yang dapat kita pelajari yaitu akulturasi kebudayaan Tionghoa,
Arab dan Pribumi yang hidup berdampingan dengan damai selama berpuluh-puluh
tahun di daerah dekat sungai Berok yang berlangsung hingga sekarang. Mereka
hidup saling berdampingan tanpa pernah terjadi pertikaian, inilah tanda saling
menghargai.
Demikian
merupakan sebagian contoh kecil beberapa benda atau dokumen yang tersimpan di
kantor arsip daerah maupun pusat. Bagaimana? ternyata banyak sekali bukan,
hal-hal yang dapat kita maknai jika kita mau untuk merenungkan lebih dalam.
Inilah yang saya maksud dengan pemaknaan arsip. Dari keempat contoh diatas mari
coba kita sandingkan dengan problematika yang saat ini kerap terjadi, banyaknya
tawuran pelajar serta para pemimpin yang lupa dengan rakyatnya sehingga
menimbulkan ketidak percayaan rakyat terhadap pimpinan. Mari kembali belajar
melalui arsip-arsip yang telah ada, kita akan merasa malu apabila kita
melakukan semua hal tersebut padahal pada zaman dahulu para pendahulu kita
dapat melaksanakan segala sesuatu secara adil, bijaksana dan berlandaskan atas
semangat kebersamaan. Tawuran pelajar? Belajarlah kepada sumpah pemuda.
Pimpinan yang lupa rakyat? Belajarlah kepada naskah proklamasi. Bijaksanalah
dalam melangkahkan kaki menuju Indonesia sejahtera melalui arsip.
C.
Penutup
Saya
rasa bukan merupakan suatu pemikiran yang berlebihan apabila kita
menginterpretasikan arsip-arsip tersebut sedemikian rupa. Arsip mempunyai
kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan tentang buah pemikiran dari akal manusia,
perkembangan peradaban serta kearifan kebudayaan lokal yang dapat mengingatkan
kita kepada semangat nasionalisme. Semangat tersebut perlu kita hidupkan lagi
saat ini, mengingat banyaknya perpecahan yang terjadi. NKRI adalah harga mati.
NKRI merupakan cita-cita para pendiri bangsa, untuk itu mari kita jaga keutuhan
bangsa ini dengan memberikan pembelajaran kepada generasi penerus yang sungguh
sangat berharga.
________________________
* Artikel
dikirim untuk lomba karya tulis Arsip Nasional Republik Indonesia 2012. www.anri.go.id