Selasa, 07 Februari 2017

Pelayanan Prima dalam Pelayanan Publik


            Berita gubernur Jambi yang melakukan inspeksi mendadak pada sebuah rumah sakit di Jambi, sepertinya menjadi buah bibir masyarakat menutup penghujung bulan Januari. Dalam inspeksinya gubernur Jambi menyampaikan bahwa pihaknya banyak menerima keluhan dari masyarakat terkait kesiapan pelayanan di rumah sakit tersebut. Tanggapan masyarakat cukup beragam, ada yang mengapresiasi dan ada pula yang mengkritisi. Sedikit bernostalgia, hal yang sama juga pernah dilakukan oleh gubernur Jawa Tengah dalam menguak fenomena pungutan liar yang terjadi di jembatan timbang pantura April 2014 silam.
            Ombudsman Republik Indonesia (ORI) sebagai lembaga negara yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, merilis hasil penelitian tentang kepatuhan pemerintah pusat dan daerah terhadap standar pelayanan publik tahun 2016. Dari 33 provinsi 39,99% terkategori sebagai zona hijau atau predikat kepatuhan tinggi; 39,39% terkategori zona kuning atau predikat kepatuhan sedang; lalu sisanya 21,21% terkategori sebagai zona merah atau predikat kepatuhan rendah. Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat kesembilan pada zona hijau, dengan urutan pertama yaitu Jawa Timur.
            Sejak tahun 2015 ORI telah memetakan peningkatan pelayanan publik, pada tahun 2016 zona hijau pemerintah provinsi ditargetkan sebesar 70%. Dari penelitian tersebut diketahui komponen standar pelayanan yang sering dilanggar adalah hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang cepat dan transparan, serta kurang jelasnya alur pemberian masukan atau pengaduan terkait penyelenggaraan pelayanan. Hal yang dapat kita garis bawahi adalah, pelayanan prima yang banyak menjadi tagline instansi ternyata sesuatu yang sulit untuk dicapai.
            Sebagai instansi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas, pelayanan prima mutlak untuk diterapkan. Konsep pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan sehingga pelanggan merasa tidak dikecewakan. Penerapan pelayanan prima diawali dengan penetapan standar pelayanan. Standar pelayanan ini digunakan sebagai pedoman pelayanan sekaligus tolok ukur penilaian kualitas layanan. Pedoman penyusunan standar pelayanan termuat dalam Permen PANRB nomor 15 tahun 2014.
            Saya yakin setiap instansi sudah memiliki standar pelayanan yang baku, hal ini dapat kita amati biasanya ruangan pelayanan terdapat poster yang memuat informasi alur pelayanan beserta petugas yang siap untuk memberikan penjelasan prosedur pelayanan. Jika standar pelayanan kita ibaratkan sebagai sebuah alat, maka alat ini akan berfungsi sebagaimana mestinya jika pengguna mempergunakan dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Sumber Daya Manusia
            Dimensi pelayanan prima dalam pelayanan publik memuat tentang ketepatan waktu pelayanan, akurasi, sikap pemberi layanan, jumlah petugas, ketersediaan sarana dan prasarana serta tanggung jawab dalam penanganan keluhan (Mukarom, 2015). Pada suatu waktu kita pernah merasa kurang puas dengan pelayanan sebuah instansi karena pelayanan petugas yang tidak ramah dan pelayanan lamban. Inilah mengapa standar pelayanan yang sudah dimiliki harus didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Man behind the gun.
             Petugas pelayanan merupakan eksekutor lapangan. Mereka adalah orang yang berhadapan langsung dengan pelanggan, bahkan dari petugas inilah pelanggan akan memberikan penilaian atas pelayanan yang diperolehnya. Petugas bagian pelayanan harus memiliki kepribadian cekatan, teliti, sabar, ramah, berpenampilan rapi serta mampu berkomunikasi dengan baik.
            Aspek SDM rupanya menjadi kunci utama dalam hal pelayanan prima. Selain kualitas kepribadian, petugas pelayanan juga harus menyadari peran dan tanggung jawabnya. Untuk mendorong terciptanya SDM bidang pelayanan yang berkualitas, pihak manajemen memiliki tugas untuk mendesain administrative expert yang meliputi sistem seleksi, training, pengembangan, penghargaan kinerja serta pengelolaan SDM yang baik (Ulrich, 1997).
            Terlihat jelas bahwa keberhasilan sebuah pelayanan tidak hanya bergantung pada ada atau tidaknya standar pelayanan, tetapi juga dipengaruhi oleh SDM dan desain dari pihak manajemen. Pada tahap selanjutnya instansi harus memiliki program pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan. Pengawasan salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk survey kepuasan masyarakat seperti yang diamanatkan dalam Permen PANRB nomor 16 tahun 2014, survey minimal dilakukan setahun sekali. Hasil penelitian ORI mengungkap sebanyak 60,73% instansi tidak melakukan survey kepuasan masyarakat. Ini semakin memperkuat asumsi standar pelayanan yang telah disusun tidak diimbangi dengan usaha pengawasan.

Tentunya hal-hal peningkatan pelayanan prima semacam ini tidak terbatas hanya dilakukan oleh instansi pemerintah saja, instansi apa pun yang berkaitan dengan pelayanan publik sebagai kegiatan utama perlu untuk memikirkan dan menerapkan konsep pelayanan prima. Pelayanan prima merupakan komitmen bersama, karena kita adalah apa yang pelanggan rasakan.

Rabu, 01 Februari 2017

SOP RKM (Administrasi)

Assalamualaikum Wr. Wb ...
            Mahasiswa Administrasi Perkantoran yang saya banggakan, berikut ini tindak lanjut dari tatap muka pelatihan tempo lalu. Saya telah merincikan standar pelayanan dan prosedur operasional standar Rumah Kreasi Mahasiswa (RKM) yang bidang administrasi. Silakan Anda bisa download di sini.
            Silakan menjalankan tugas sesuai dengan jadwal piket yang telah ditentukan. Saya memiliki pandangan yang justru kompleks tentang kegiatan RKM ini. Pertama, RKM dapat kita gunakan untuk mengasah kemampuan dalam meng-handle lika-liku bagian administrasi; kedua, kita bisa belajar untuk wirausaha. Kata orang, untuk menjadi entrepreneur terkadang mereka bingung harus mulai dari mana. Tidak sedikit juga yang merasa malu untuk memulai langkah pertama. Dengan adanya RKM ini mari kita gunakan untuk belajar berwirausaha. Tidak perlu malu, lha wong ini rame-rame, banyak temennya. Justru malah tidak ada kata malu, kan yang menjualkan produk kita adalah mereka yang bidang pemasaran. Kita hanya perlu mencari barang, titipkan, lalu biarkan mereka melakukan keahliannya.
            Pesan saya:
      1.      Amatilah ruang kerja. Buka-buka saja rak arsip yang ada di belakang meja kasir supaya tahu detail masing-masing formulir letaknya dimana.
      2.      Pak David telah menyiapkan beberapa instruksi yang terjilid rapi di meja dan tertempel di dinding, amati, pahami agar mengetahui alur dengan jelas.
     3.      Beberapa peralatan mungkin akan sedikit bergeser pemanfaatannya dari SOP yang telah saya susun, tapi tidak masalah. Misalnya: ordner untuk sementara menggunakan snelhecter, formulir yang rencana akan ditulis secara soft file ada beberapa yang menulis secara manual.
      4.      Bagian administrasi nanti juga akan menginput data di MYOB. Tidak perlu khawatir, kita hanya menginput bagian administrasi awalnya saja, tidak sampai proses penghitungannya (itu bagian akuntansi). Nanti akan dipandu oleh bidang akuntansi. Ini sekaligus bisa kita gunakan untuk menambah ilmu tentang software MYOB, walaupun hanya perkenalan ringan.
     5.      Masing-masing bagian memiliki target kerja. Untuk bagian administrasi target kerjanya adalah, minimal 90% mahasiswa Pendidikan Ekonomi menjadi anggota RKM. Ini moment kita untuk melakukan kegiatan kehumasan.

Selamat menjalankan tugas, selamat berkreasi, semoga kegiatan ini memberikan manfaat untuk menempa diri kita bersiap menjadi manusia yang banyak akal.

Wassalamualaikum Wr Wb ....

Kamis, 24 November 2016

Tugas Filsafat Ilmu Ekonomi


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh ...

Kawan-kawan mahasiswa yang saya banggakan, untuk pendalaman perkuliahan FIE maka saya memiliki sebuah desain penugasan mandiri untuk Anda.

            Berikut ini adalah tugas yang harus Anda diskusikan:

1.      Teori mazhab klasik memiliki awal mula dari pemikiran yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia akan terpenuhi dengan cara yang paling baik bilamana sumber-sumber daya produksi digunakan secara efisien dan yang tidak kalah pentingnya adalah hasil produksi dijual melalui persaingan yang bebas. Dari pernyataan di atas, coba Anda renungkan kemudian berikan contoh riil yang dapat Anda amati terjadi di Indonesia!

2.      Landasan ekonomi klasik bertumpu pada kepentingan pribadi dengan kemerdekaan alamiah sehingga setiap orang tahu apa yang perlu dan apa yang menguntungkan bagi dirinya. Ternyata era ekonomi klasik ini juga menjadi tata susunan ekonomi kapitalis. Renungkan pernyataan di atas, kemudian sesuai dengan pengamatan dan pengalaman Anda paparkan sejauh mana ekonomi kapitalis menguasai Indonesia saat ini!

3.      J.S. Mill seorang Utilitarian pada tahun 1984 menulis buku Principles of Political Economy yang berupaya memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial (masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan persaingan antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit). Permasalahan apa saja yang Anda tangkap terjadi di Indonesia terkait:
a)      Daya dukung masyarakat terhadap kemakmuran bangsa.
b)      Perlindungan terhadap produk dalam negeri.

4.      Pendapat J.S. Mill  juga selaras dengan pernyataan dalam On Liberty dan Utilitarianism bahwa setiap tindakan manusia akan dinilai etis jika tindakan tersebut tunduk pada prinsip kegunaan dalam mengupayakan kebahagiaan. Anda sebagai mahasiswa yang telah belajar Filsafat Ilmu Ekonomi, bagaimana Anda memandang konsumerisme dikalangan mahasiswa dan bagaimana solusi yang Anda anggap tepat untuk mengatasi hal tersebut?
____________
Ketentuan pengerjaan:
1.      Tugas ini bersifat individu, namun dalam proses pengerjaannya Anda disarankan untuk berdiskusi.
2.      Jawaban, statement atau argumen yang Anda berikan akan lebih bagus jika bernilai empiris (karena itulah salah satu ciri filsafat), sehingga saya sangat mendorong Anda untuk memaparkan data dan fakta untuk mendukung setiap argumen yang Anda kemukakan.
3.      Untuk batas waktu pengumpulan adalah hari ini (24 November 2016), dengan ketentuan diserahkan kepada PJ: 3A (maksimal 12.00), 3B (maksimal 13.00), 3C dan 3D (maksimal 16.00). Selanjutnya PJ mengumpulkan ke ruang dosen lantai 3, taruh di pojok utara bawah AC.
4.      Pengumpulan tugas ini sekaligus saya anggap sebagai bukti kehadiran.
5.      Jawaban di tulis tangan pada kertas folio. Oleh karena itu jawaban jangan panjang bertele-tele namun tanpa makna, belajarlah membuat argumentasi yang padat namun tepat!
6.      Jangan merasa terbebani, selamat mengerjakan, selamat berkreasi, semoga Tuhan memberikan limpahan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.


Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Rabu, 22 Juni 2016

Membaca Realita


            Tepat lima belas menit sebelum jam kantor usai, telepon genggam ku berdering. “Mas nanti pulang kerja jangan telat ya. Janjinya kita hari ini mau nonton.” Suara diujung telepon mengingatkan sebuah janji yang telah ku ikrarkan kepada Tia.
            “Iya sayang, ini sebentar lagi selesai. Paling cuma meeting singkat.” Jawabanku rasa-rasanya bukan jawaban yang tepat sampai Tia terdengar menggerutu. Kita bukan lagi ABG kemarin sore yang baru memadu kisah kasih cinta monyet. Tapi begitulah Tia, dengan segala kemanjaannya dia selalu berhasil membuat aku bertekuk lutut dan mengabulkan segala permintaannya. Apalagi menolak permintaan istri yang sedang hamil, pamali. Kata orang bayinya nanti ngileran.
            “Bro kerjaaan ku sudah beres. Aku pulang duluan.”
            “Eh eh ... buru-buru banget, masih juga jam segini.”
            “Biasa Bos...... Rio mau nge-date ­tuh sama istrinya ...” Ocehan Kepala bagian dan Ratna sama sekali tidak aku tanggapi serius. Aku terus menggerakkan tangganku menata tumpukan berkas yang sedari pagi bagaikankan menara Pisa aku tata sedemikian rupa hingga menyerupai gedung hotel Ciputra dan Horison yang bersebelahan. Kokoh, simetris dan menjulang ke atas.
            “Tia ngajak nonton Bos.” Sedikit komentar ku kepada mereka berdua dengan senyum tipis.
            “Ceile .... sempet-sempetnya ya kalian. Masih kayak anak kuliahan aja. Nonton apaan? Rangga sama Cinta?”
            “Ho’o Bos.” Sekali lagi jawaban ku membuat seisi ruangan jadi ramai. Mereka gaduh, ada yang menepuk meja, ada yang mengeluarkan kata ciyee..., sampai ada yang siul-siul tak jelas maksudnya. Entahlah siapa yang sebetulnya mirip anak kuliahan.
            Di tengah keriuhan yang dilakukan seluruh teman kantor, suara Riana memecah olok-olokan mereka. “Lah ngantre tiketnya berapa lama? Rangga – Cinta mah lagi hits banget, semua ABG labil pada rebutan tiket.”
            Big thanks buat Riana yang sukses nambahin keriuhan kantor dengan menyejajarkan aku pria yang sudah berkepala tiga dengan mereka para ABG yang suka selfie di deretan antrean loket bioskop lalu diunggah di Path supaya kekinian katanya.
            Sebelum waktu ku semakin habis menanggapi orang-orang kantor yang seakan tidak kangen dengan rumah mereka, aku bergegas menuju parkiran dan memacu kendaraan secepat mungkin, berharap kemacetan jam pulang kerja belum seberapa mengular.
Rasa cinta yang membuncah di dalam dada, apalagi cinta masa muda yang penuh dengan gelora, memang memberikan sensasi kenangan tersendiri. Aku masih ingat bagaimana dulu saat masih remaja, aku begitu mendambakan Tia untuk menjadi pendamping hidup. Tak peduli secuek apapun dia dalam menanggapi semua usaha ku, aku tetap memburunya. Aku pun tak tahu itu memang benar penilaian ku Tia bersifat cuek, atau aku yang sama sekali tak memiliki kekuatan hingga usahaku begitu kecil dan sama sekali tak nampak di hadapannya. Tapi toh akhirnya semesta berpihak kepada ku.
Pernah suatu ketika aku ditegur oleh Ayahnya karena pulang agak larut setelah menghabiskan malam Minggu. Tia sedikit membelaku dengan pernyataannya yang dia ucapkan kepada Ayahnya. Dia mengatakan kalau acara pagelaran ketoprak di Taman Budaya Raden Saleh mengalami pergeseran jadwal sehingga acara ketoprak pun selesai agak mundur waktunya. Padahal acara dimulai tepat pukul 19.00 hingga durasi dua jam penampilan.
            Aku ingat betul bagaimana syahdunya malam itu, ketika kita selesai menyaksikan pagelaran ketoprak dan aku melihat Tia saat itu nampak dia masih mengharapkan kebersamaan kita bisa bertambah sebentar lagi. Walaupun masih melekat erat di memorinya ucapan Ibu sore tadi yang berpesan jangan pulang lebih dari jam 21.00. Pesan yang terucap dari seorang Ibu yang khawatir kepada anak gadisnya, tepat sebelum kami meninggalkan gerbang rumah.
            Aku pun sama, masih mengingat jelas kata-kata Ibunya. Tapi entah setan apa yang merasuki pikiranku, dengan gugup aku mengajaknya mampir menikmati wedang ronde di pinggiran jalan Pahlawan malam itu. Diantara deretan abang tukang ronde, kita pilih satu yang tak terlalu ramai. Malam itu hanya aku, Tia dan sepasang mangkuk berisikan wedang ronde milik kita.
Lalu lalang kendaraan dan pengamen jalanan yang mencoba mengais rejeki menjadi intermezo bagi kita. Obrolan demi obrolan serasa tak sebanding dengan jumlah belahan kacang dan butiran ronde yang ada di mangkuk kami. Oleh sebab itu kami berusaha menyeimbangkannya dengan cara satu sendokan berisi satu belahan kacang atau satu butir ronde setara dengan 5 menit obrolan. Hal yang tidak lazim, tetapi lampu-lampu penerangan jalan berkata itu hal yang wajar dan supaya aku lebih percaya mereka merunduk berbisik kepada ku, lalu sekali lagi berkata orang lain juga melakukan hal itu termasuk sepasang kekasih yang duduk di ujung jalan sana.
            Persekongkolan antara setan dan lampu penerangan jalan sangat sukses. Mereka mampu membaca sebuah kenyataan kalau kita juga sebenarnya tidak ingin suasana ini cepat berakhir.
            Segala macam cerita dan berjuta kenangan masih rapi tersimpan di sini, di hati. Apa pun yang dulu kita lalui, saat ini sudah menjadi cerita bersama karena aku dan Tia saat ini sudah seatap.
            Rencana nonton bareng dengan Tia akhirnya terwujud juga. Selain karena aku pulang kantor agak awal, juga karena kita milih jam nontonnya jam 21.00 jadi ya anak-anak bau kencur lumayan tereliminasi jam segitu. Kecuali ada persekongkolan antara setan dan sutradara film yang membisiki telinga mereka.
            “Sayang film ini bagus banget lho. Ada satu tempat di Magelang yang sebelumnya aku ingin ajak kamu ke sana tapi malah keduluan dipakai buat shooting film. Huhh...!!!”
            “Loh kenapa kita tidak asal ke sana sayang?” Jawab ku singkat tapi penuh tanda tanya.
            “Ah males, nanti dikira kayak ABG mburu lokasi shooting biar ngehits.” Jawabnya juga singkat dan mengundang tawa ku.
            Itulah Tia dengan segala kemampuannya untuk mengorek behind the scene-nya semua film yang bakal kita tonton. Termasuk film ini, yang sejak kemarin dikepoin sama dia. Obrolan kita perlahan berkurang seiring dengan meredupnya lampu bioskop hingga kita benar-benar terdiam saat suasana gelap total.
            Kita sama-sama terlarut dalam tiap adegan dan saling memandang ketika ada beberapa adegan yang rasa-rasanya demikianlah sepasang kekasih saat hatinya sudah terpaut dengan satu pilihan.
            Ketika film usai, teramat banyak hal yang kita bahas. Sampai-sampai kita tidak sadar suara kita begitu lantangnya hingga tiap orang yang kita lalui dari gedung bioskop hingga parkiran semuanya menoleh memperhatikan kita. Ya, begitulah kita. Walau pun terkadang obrolan kita malah seakan kita sedang membuat skenario film sendiri. Aneh dan sama sekali tidak nyambung dengan film yang telah kita tonton.
            “Mas, Rangga itu mirip kamu ya.”
            Disebut mirip Nicholas Saputra, aku cengar-cengir.
            “Rangga Mas, bukan Nicholas.” Tia paham maksud cengar-cengir ku.
            “Rangga itu suka nulis. Punya buku bacaan banyak. Kemana-mana otaknya suka merekam kejadian sekitar. Dia juga kalau ngomong kalimatnya puitis gitu.”
            Karena merasa karakter Rangga memang sedikit agak mirip, aku menanggapinya masih dengan cengar-cengir. “Namanya juga film sayang, kadang ada yang mirip dengan kehidupan kita.” Aku akhiri dengan berdehem, menambahkan kesan cool.
            “Tapi beneran deh, Rangga juga lagi nulis buku tapi gak kelar-kelar. Sama kayak Mas kan.”
            Mulutku terbuka bersiap mengeluarkan kata pertama untuk menanggapi, tapi belum sampai keluar kata itu  Tia sudah melanjutkan lagi.
            “Mas juga kalau lagi membuat kesalahan bisanya cuma bilang maaf berkali-kali. Mukanya bengong.”
            Aku mulai merasa tidak nyaman.
            “Dulu juga Mas pernahkan hampir memutuskan hubungan kita gara-gara Mas tidak yakin suatu saat nanti bisa sukses.”
            “Ya itu wajar sayang kalau semua lelaki berpikiran seperti itu, takut pacarnya hidup susah setelah dinikahi kelak. Takut ternyata kita bukan pasangan yang pas. Takut ternyata yang bisa membahagiakan kamu itu seharusnya orang lain.” Jawab ku setengah curhat.
            “Ya, persiskan Rangga.”
            Sejenak suasana berubah hening. Seakan Tia sedang marah tetapi bukan dalam kondisi marah yang seperti biasanya dengan emosi yang meledak-ledak dan raut wajah yang tegang. Suasananya aneh, Tia seakan marah tetapi marah secara halus. Benar-benar aneh, karena aku pun tak tahu marah secara halus itu yang bagaimana.
            Sayang yang kamu lakukan ke saya itu, jahat!!!
Aku ingin menjawab seperti itu. Namun rupanya itu hanya ku suarakan dalam hati. Yang terucap sebagai jawaban untuk Tia adalah “Iya, maaf sayang.”

***

Rabu, 06 Januari 2016

Fight Back

Setiap orang pasti bakal menemukan diri mereka balik ke dalam lubang hitam yang sama. Saya tak pernah mengerti ini memang benar sebagai siklus atau cenderung menjadi karakter kepribadian seseorang. Suatu saat kita merasa sedang di puncak dengan semangat yang menggebu. Tapi dengan hitungan hari, terkadang kita sudah berhadapan dengan tembok besar nan tinggi yang pernah menghalangi kita di masa silam.

Semua bakal baik saja asal kita tetep tahu kapan bisa ngelawan balik. Tapi pertanyaannya, kapan kita bisa dapetin feel itu. Yang jelas semua orang saya kira sadar 100% kalau takdir ditangan Tuhan. Tapi tyerkadang kita jadi ngerasa capek karena sudah berusaha sekuat mungkin tapi toh ternyata keadaan belum juga berubah.

Rasa syukur kadang menjadi penyemangat. Penyemangat. Serasa ini adalah jalan hidup yang harus dilalui. Tapi, memang begitulah seharusnya hidup. Penuh rasa syukur agar kita tidak merasa kekurangan. Ya ... setidaknya kekurangan itu tidak pernah terasa menjadi beban yang super berat. 

Setiap orang butuh menatap dan mengatur lagi rencana masa depannya.

Kamis, 22 Oktober 2015

Refleksi Semarak Kemerdekaan

Memasuki bulan Agustus kita melihat sepanjang jalan gang-gang kampung meriah dihias dengan bendera dan kerlap-kerlip lampu beraneka warna. Tidak ketinggalan gapura akses masuk gang juga nampak cantik hasil paduan cat dan tulisan semangat kemerdekaan.
Tidak tanggung-tanggung, sebagian warga memanfaatkan waktu dengan baik disela-sela kesibukannya. Tidak jarang kita melihat ada yang menghias gang ketika malam hari, ada juga yang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan ketika hari Minggu. Bahkan ada juga yang sore hari menyempatkan keliling dari rumah ke rumah menggalang dana untuk kegiatan Agustusan.
Bulan Agustus memang menjadi bulan yang spesial untuk bangsa kita. Tidak hanya tampilan fisik gang-gang kampung yang berubah, para pemuda Karang Taruna juga telah mempersiapkan sederet acara untuk tambah menyemarakkan bulan Agustus ini dengan berbagai lomba, termasuk mengadakan doa bersama pada malam 17 Agustus.
Apa yang dapat kita maknai dari seluruh hingar-bingar menjelang peringatan hari kemerdekaan ini? Sebagai seorang warga negara Indonesia, khususnya sebagai warga Jawa Tengah yang kental dengan karakter guyub rukun. Hal di atas menandakan bahwa semangat cinta tanah air jelas masih terdapat dalam masyarakat kita. Rasa cinta tanah air yang selanjutnya dapat menggerakkan rasa kebersamaan dan gotong royong.
Di tengah ramainya bursa pemilihan kepala daerah, reshuffle kabinet serta keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harapan-harapan untuk menuju perubahan yang lebih baik tentunya masih ada. Untuk para pemimpin bangsa yang memiliki kewenangan dalam berbagai bidang, mari kita resapi bagaimana mereka para warga yang berada jauh di bawah garis pengelolaan pemerintahan betapa mereka masih menyimpan optimisme suatu saat nanti negera kita ini akan mampu keluar diposisi yang sulit seperti saat ini.
Bersatu
Beberapa waktu kedepan Jawa Tengah akan memasuki masa sibuk memilih para calon pemimpin daerah. Saat ini atmosfer pemilihan kepala daerah dapat dengan mudah kita jumpai disudut-sudut kota bahkan hingga disudut media sosial. Mereka yang maju menjadi calon pemimpin merupakan salah satu putra putri terbaik yang dimiliki daerah. Semoga ketika nanti sudah mendekati hari H, tidak kita jumpai kampanye hitam yang saling menjatuhkan seperti saat pemilihan presiden waktu lalu.
Sebuah fakta yang sulit untuk dibantah adalah, tujuan mencalonkan diri dalam bursa pemilihan kepala daerah tentunya untuk berperan secara langsung dalam mengembangkan tata kelola dan potensi daerah. Hal itu nampak pada visi dan misi para calon. Saya meyakini ini sebagai tujuan yang sungguh mulia. Begitu mulianya tujuan tersebut tentu tidak dengan mudah digadaikan dengan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.
Saya juga meyakini setiap calon memiliki pandangan masing-masing tentang bagaimana memajukan daerahnya menjadi daerah yang unggul dan mampu berdikari. Masyarakat yang kemudian akan menilai seberapa efektif cara-cara yang akan ditempuh oleh para calon pemimpin daerah. Jika keyakinan saya memang benar maka nanti bagi pihak yang mendapatkan juara kedua dan seterusnya dalam pemilihan kepala daerah, masih tetap akan memajukan daerahnya melalui lahan yang berbeda. Lahan yang tersedia bukan hanya sebatas harus menjadi kepala daerah saja bukan?
Serangkaian aturan main untuk menjaga kompetisi berjalan fair tetap harus selalu diupayakan. Namun serangkaian aturan main tersebut tentunya menjadi rambu-rambu pembatas, yang terpenting adalah bagaimana para calon mau untuk mematuhi dan membuktikan bahwa mereka adalah putra putri daerah yang layak menjadi contoh sebelum nanti benar-benar memiliki posisi pemimpin daerah.
Dari para warga yang bergotong-royong menyemarakkan kampungnya saat moment Agustusan, kita dapat mengambil pelajaran bahwa siapapun kita dan siapapun orang-orang yang ada di sekeliling, kita memiliki tujuan yang sama. Tujuan untuk membawa perubahan demi kepentingan bersama. Para calon pemimpin daerah yang nantinya akan terpilih, kelak ketika menjalankan tugas ingatlah para warga yang berada di bawah kepemimpinan Anda. Mereka tidak menginginkan kelak Anda berseteru dengan jajaran yang Anda miliki, mereka menginginkan Anda dapat bersatu, menghilangkan kepentingan lain selain kepentingan daerah.
            Fakta sejarah menunjukkan para pemimpin di era kemerdekaan mampu mencontohkan dengan sempurna bagaimana mereka bersatu untuk kepentingan bangsa. Sampai saat ini kita masih mengharapkan sosok pemimpin dan iklim politik seperti itu lahir kembali. Melalui moment peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-70 ini semoga semangat para pemimpin yang terdahulu tetap mengalir didarah anak bangsa. Dirgahayu Republik Indonesia ke-70. Ayo kerja berbakti pada negeri sesuai posisi kita masing-masing.

Minggu, 30 Agustus 2015

Menanti Kemenangan Dunia Pendidikan


            Ujian masuk bagi calon mahasiswa baru yang mengambil jurusan kependidikan diharapkan ada tambahan tes. Hal tersebut diungkapkan oleh ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Herry Suhardiyanto seperti yang diberitakan harian Pikiran Rakyat (21/7/15). Selain tes tertulis seperti ujian masuk pada umumnya, tambahan tes tersebut terkait dengan tes kepribadian serta tes bakat dan minat.
Menjadi seorang pendidik rasa-rasanya berbeda dengan beberapa profesi lainnya yang boleh dikatakan menghadapi benda mati. Siswa satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan dan kebutuhan belajar yang berbeda. Dalam situasi yang seperti ini guru dituntut dapat memainkan perannya secara optimal. Bukan hanya pandai dalam penguasaan materi pembelajaran, namun juga pandai dalam memperlakukan siswa sebagai pribadi yang hidup dan menghargai hak-haknya secara utuh.
Itulah mengapa dalam perkuliahan mahasiswa jurusan kependidikan diberikan pengetahuan pedagogi. Pertanyaan selanjutnya adalah, jika setiap mahasiswa jurusan kependidikan telah menempuh serangkaian mata kuliah tentang pengetahuan pedagogi masih perlukah diberlakukan tes tambahan pada saat seleksi masuk perguruan tinggi?
Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir jurusan kependidikan masih menjadi primadona meskipun kuota yang disediakan oleh kampus jumlahnya terbatas. Kita tidak menutup mata hal semacam ini memiliki keterkaitan dengan adanya peningkatan perhatian pemerintah terhadap profesi guru. Sehingga banyak orang tua yang berharap anaknya menjadi guru. Berdasarkan fenomena tersebut beberapa kampus yang sebelumnya belum memiliki jurusan kependidikan juga berupaya untuk menangkap peluang dengan membuka jurusan kependidikan.
Sebenarnya yang dikhawatirkan adalah apabila mereka calon mahasiswa yang mendaftar jurusan kependidikan didasari motivasi lain bukan atas bakat. Kita harus tahu bahwa syarat utama seseorang menjadi ahli dalam bidangnya adalah karena memiliki kemampuan yang didukung dengan motivasi mengembangkan diri. Hal ini akan sangat mengkhawatirkan apabila sosok guru yang seharusnya sempurna memiliki empat kompetensi, hanya berharap mengejar popularitas profesi.
Efek selanjutnya dari membludaknya para pendaftar ini adalah mereka akan memilih kampus mana saja dengan mengesampingkan kualitas asalkan masih mendaftar pada jurusan kependidikan. Kualitas kampus penyelenggara dan segala perizinan pembukaan jurusan baru tentunya telah diatur oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Hanya saja perlu mendapatkan perhatian yang serius karena mungkin jangka panjangnya akan ditemukan kampus dengan kualitas pelayanan pembelajaran di bawah standar demi mengejar peluang yang ada. Kasus semacam ini juga sudah mulai terkuak setelah Menristekdikti M. Nasir mengadakan sidak. Jika sudah demikian, proses pembentukan calon guru perlu dipertanyakan.
Peningkatan Mutu
Seperti yang kita ketahui, pemerintah selama ini telah menjalankan berbagai macam skenario yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebut saja dari UKG, selanjutnya segi pelatihan guru kita mengenal PLPG, ada juga skenario mendongkrak kualitas melalui sertifikasi pendidik. Bahkan hingga mengutak-atik kurikulum yang katanya kurikulum sebelum-sebelumnya terlalu memberatkan guru dengan berbagai macam tugas administratif, sehingga kurikulum 2013 didesain memiliki buku induk agar guru lebih mudah berkonsentrasi dalam pembaruan metode mengajar.
Seperti yang kita ketahui pula, deretan skenario di atas hingga saat ini belum sepenuhnya mampu memecah permasalahan. Alasannya pun bermacam-macam, mulai dari alasan SDM hingga pada alasan penentuan kebijakan yang kurang matang. Pemberlakuan tes tambahan bagi calon mahasiswa jurusan kependidikan tentunya juga merupakan salah satu skenario peningkatan kualitas pendidik yang dilakukan dalam fase pre-becoming teacher. Semua ilmu pengetahuan dapat dipelajari, termasuk ilmu bagaimana menjadi guru. Hanya saja upaya penyerapan ilmu yang dilakukan oleh para mahasiswa calon guru dirasa akan lebih sempurna apabila ditambah dengan adanya bakat dan minat yang tinggi untuk menjadi seorang pendidik.
Tes tertulis yang selama ini dijalankan bukan berarti tidak layak untuk dilakukan. Tes tersebut berguna untuk mengetahui apakah calon mahasiswa memiliki pengetahuan dasar terkait jurusan yang akan diambil. Karena peran pendidik begitu kompleks, maka sudah sewajarnya jika ujian masuk tidak hanya didasari oleh seberapa besar pengetahuan dasar yang dimiliki calon mahasiswa. Ada yang menyebut profesi guru adalah panggilan hati nurani, mereka yang mengajar dengan hati akan benar-benar terasa perbedaannya dalam membimbing setiap siswa. Karakter semacam inilah yang ingin kita bentuk dari mahasiswa calon guru.
Saat ini rangkaian ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri telah dilaksanakan, diantaranya yaitu SNMPTN dan SBMPTN. Tersisa satu jalur yaitu UM. Sedangkan untuk perguruan tinggi swasta masih terbuka beberapa seleksi hingga mendekati awal perkuliahan nanti. Harapannya para calon mahasiswa dalam mendaftar mereka secara sadar sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan dan sesuai bakat yang mereka miliki. Sehingga melalui jenjang perguruan tinggi ini muncul generasi penerus yang berkarakter kuat dari segi keilmuan maupun sikap. Demikian halnya dengan mahasiswa calon guru.
Menjadi seorang pendidik, lebih dari hanya sekedar mengajar. Mendapatkan seorang pendidik yang seutuhnya pendidik bukan sesuatu yang mustahil, asalkan kita tahu bagaimana caranya. Dunia pendidikan kita rasanya telah lama membeku, menantikan sentuhan insan yang berhati pendidik. Maka bukan hal yang berlebihan jika kepada para dosen LPTK kita juga berharap manuver dalam meramu calon pendidik ini, sehingga akan lahir pendidik yang utuh dan sempurna yang selanjutnya akan kita serahi tanggung jawab meramu generasi penerus bangsa.

Kegiatan belajar mengajar tahun ajaran baru akan segera dimulai, melalui moment hari kemenangan nan fitri semoga tergerak hati kita untuk juga menghadirkan kemenangan baru di ruang kelas dan pengelolaan sekolah.