Minggu, 08 Desember 2019

Naskah Pidato Mas Nadiem yang Sungguh Tak Pejabatable



            Hari ini 25 November 2019 adik-adik saya sudah ribut sejak pagi. Sejak tadi malam bahkan, mereka minta untuk dibangunkan lebih awal karena esok akan bertugas sebagai komandan barisan, itu yang SD. Adik yang SMA sibuk mencetak lembaran kertas, katanya lembar penilaian lomba kelas. Maklum anak OSIS.
            Diantara sekian kesibukan mereka, warganet sudah lebih dulu sibuk menggibah naskah pidato Mas Menteri Nadiem yang spektakuler, katanya.
            Bagaimana tidak membuat orang terjengkang. Naskah pidato itu hanya dua halaman, kalimatnya pendek-pendek pula. Ini naskah Mas Menteri kalau dilihat dosenku yang suka nyuruh buat esai analisis studi kasus, pasti bakal dibalikin sambil dibisikin, kalau nulis yang niat. Bhaaa ......zheng!
Ingatan saya langsung berputar menuju 5 tahun silam, saat upacara hari penting (lupa hari apaan) kelas 2 SMA. Guru yang bertugas sebagai pembina upacara, ketika membacakan naskah pidato salah seorang pejabat. Beliau sampai terbatuk-batuk saat membacanya. Celakanya, naskah pidato itu masih juga belum khatam separuhnya.
Pantas saja kalau naskah pidato Mas Menteri jadi gibahan senusantara. Dibaca paling juga tak sampai 2 menit. Upacara berlangsung cepat, khidmat, murid senang.
Naskah tersingkat yang pernah ada dalam sejarah pernaskahan pejabat Indonesia.
Kata-kata Mas Menteri ini mengandung muatan ajakan untuk bergerak. Sebelas dua belaslah sama Budi Setiawan yang menyadarkan mengajak jutaan anak muda untuk berinvestasi.
Kesamaan antara Mas Menteri dan Mas Budi Setiawan adalah, sama-sama berlatar belakang bidang bisnis. Dimana, pekerjaan mereka memprospek orang. Ujaran retorika, tak berguna dalam kamus mereka. Mereka benar-benar memanfaatkan teori komunikasi, yang penting pesan tersampaikan.
Pesan yang ingin disampaikan Mas Menteri dalam naskah pidatonya, ingin mewujudkan perubahan melalui kemerdekaan dalam belajar.
Hah? Merdeka dalam belajar?!!
Ini maksudnya tiap hari kelas kosong gak ada gurunya gitu??
Yeee ..... Kagak gitu juga kaleee Bambang!!!
Membicarakan hari guru, memaksa kita untuk mengenang memori zaman sekolah. Diantara memori berkasih dengan mantan, ada juga ingatan tentang bagaimana kita berkawan, atau ujian yang bocor dari kelas sebelah, termasuk beliau guru-guru kita.
Saya ingat betul, bagaimana saya bisa habis-habisan mencintai sebuah mata pelajaran, hanya karena gurunya enak cara mengajarnya.
Sebaliknya, saya juga ingat betul bagaimana saya bisa habis-habisan membenci mata pelajaran, hanya karena tidak suka dengan gaya mengajar guru. Hingga rasa-rasanya bawaannya takut, tertekan saat pelajaran berlangsung.
Boro-boro, lha wong ingat besok ada mapelnya saja badan auto limbung. Persis kayak pekerja kelas bawah, menghadapi kenyataan kalau besok hari Senin.
Ternyata belajar semenegangkan gitu, sis!
Eh, atau malah yang seperti itu bukan belajar ya!
Nganu, Jeng! Kalau mau merunut para pemikir macam Jean Piaget, John Locke, John Dewey, Paulo Freire, belajar itu lumrahnya berlangsung secara beragam sehingga rileks. Wong belajar itu membutuhkan kesadaran je. Yang merasa membutuhkan pengetahuan, akan mencari seseorang yang ahli dan bisa menjelaskan sebab musabab terjadinya hal tersebut.
Kalau dalam konteksnya Ki Hadjar Dewantoro beliau menyebut Tri Sentra Pendidikan, tiga pusat pendidikan. Pendidikan itu berlangsung di tiga lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Tapi sayangnya ditempat kita, kalau ada sekolah yang seperti itu, justru dipandang sebagai sekolah yang superior, hebat, luar biasa, kelas wahid. Ujung-ujungnya biayanya mahal.
Mungkin ini yang disebut sebagai fenomena antimainstream yang seharusnya mainstream.
Jadi ... kalau tadi belajar itu disebut proses menambah kapasitas diri dengan penuh kesadaran, bisa dengan siapa saja, tak terbatas waktu dan tempat. Maka sudah seharusnya proses pembelajaran di sekolah, kita bisa mengeksplorasi lingkungan sekitar yang bisa digunakan untuk belajar dan setiap siswa terbangun gairah belajarnya dengan menemukan potensi diri.
Tapi ... kebanyakan sekolah, menyajikan paket cepat saji. Sudah lumrah persekolahan itu dimulai jam sekian dan berakhir jam sekian dalam ruangan, lingkungan yang dibatasi tembok, buku menjadi sumber utama pembelajaran, nilai angka sebagai patokan keberhasilan.
Berdalih ketidak puasan orang tua dengan layanan pendidikan, beberapa lembaga yang kelewat kreatif memanfaatkan situasi, melihat ini sebagai peluang bisnis.
Maka lahirlah sebutan “sekolah plus” dengan berbagai macam program unggulannya. Sebut saja program belajar di luar kelas, belajar dengan memperhatikan minat bakat, belajar dengan metode menyenangkan, pengembangan leadership, pengembangan komunikasi, program bla bla bla ....
Halah – halah ... itu semuakan inti dari belajar. Semua sekolah, semua pendidikan prosesnya harus seperti itu.
Ini tuh, sebenernya kita yang gak paham, apa kita yang dikibulin yak?!!
Ih sebel bats akutu!
Luar biasanya sekolah model seperti ini, mahalnya selangit, dan laku.
Kalau seperti ini terus, bagaimana kita menyikapi fenomena interview kerja tanpa melihat IPK, atau ekstrimnya kerja tanpa melihat ijazah, yang saat ini sudah mulai kita jumpai.
Katanya kita sedang mempersiapkan bonus demografi, masak sih hanya sepersekian anak muda kaya saja yang bisa menikmati pembelajaran kreatif.
Ya sudahlah, yang penting tahap awal untuk menarik perhatian sukses, menjadi bahan perbincangan tentu menjadi iklan gratis. Mas Budi Nadiem memang jago pekara dunia digital.
--0--

Rabu, 19 Desember 2018

Keluarga Hebat, Dimulai Dari Orang Tuanya



Pendidikan merupakan hal terpenting sepanjang perjalanan hidup manusia. Pendidikan dapat menjadikan diri sebagai pribadi yang berwawasan luas, memiliki pola berpikir yang kritis dan tentunya mampu mengarahkan pada kualitas kehidupan yang lebih baik.
            Dengan tujuan pendidikan yang sangat luar biasa itu, maka pendidikan dinilai sebagai sebuah investasi masa depan. Tapi sudah tentu bukan pendidikan yang hanya sekedar proses belaka. Pendidikan tidak bisa hanya dimaknai tahapan hidup saat kita mengenyam bangku sekolah.
Proses pendidikan sejatinya BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP.
            Dengan landasan ini sangat masuk akal jika seseorang akan bertambah kualitas kehidupanya melalui berkembangnya pola bepikir yang dilakukan seumur hidupnya. MAKA SALAH BESAR jika kita hanya mengatakan pendidikan berlangsung hanya saat kita sekolah.
Jika proses pendidikan HANYA selama saat kita SEKOLAH, maka sisa usia kita hanya dijalani dengan HIDUP DATAR TANPA ADA PENGEMBANGAN DIRI. Kehidupan semacam itu, SUNGGUH RUGI.
            Keuntungan bagi para pembelajar sepanjang hayat, selain kualitas dirinya akan meningkat, dia juga mampu memberi manfaat yang positif bagi orang-orang terdekatnya, salah satunya adalah keluarga.
            Keluarga merupakan keturunan sah yang akan mewarisi dan melanjutkan garis keturunan. Jika kita tidak mempersiapkan pengalaman dan pengetahuan yang baik bagi mereka, maka kita sama saja MERUSAK kualitas KETURUNAN.
            Untuk menjadi pribadi yang terus berkembang, membutuhkan usaha. Anda dapat melakukannya dengan mengikuti pelatihan, seminar atau bisa dengan menempuh pendidikan formal (kuliah lagi). Cara-cara tersebut mengharuskan Anda meluangkan waktu khusus dan biaya.
            Jika Anda TIDAK MAU REPOT, kami menyediakan buku bacaan berbentuk EBOOK tentang CARA MENDAMPINGI ANAK BELAJAR. Buku ini memuat informasi seputar pendidikan keluarga. Jika biasanya orang tua sulit mengajak anak untuk belajar, permasalahan tersebut dibahas dalam buku ini dan dapat diatasi dengan mudah.
Anda dapat mendapatkan buku ini dengan GRATIS.
Tanpa biaya kirim dan tanpa waktu tunggu. Anda hanya perlu mengisi alamat email dan nomor HP pada kolom di bawah ini.
Isi dari buku ini telah ditelaah dan di sunting oleh para ahli di bidang pendidikan alternatif, khususnya BINTANG MULIA HOMESCHOOLING. Sehingga kualitas materi sudah terpercaya dan layak untuk Anda gunakan sebagai bahan bacaan bersama pasangan.
Jadi, isi kolomnya sekarang ya. Keluarga TAK BISA MENUNGGU.


_________
Di atas merupakan contoh Copywriting.

Selasa, 23 Oktober 2018

Cara Menyematkan Tautan


Pertemuan perkuliahan Praktik Perkantoran saat ini sudah berjalan beberapa minggu. Sampai saat ini kawan-kawan mahasiswa sudah mempelajari hal-hal baru terkait praktik dunia perkantoran. Salah satunya adalah mempelajari menyimpan file dan menautkannya pada blog berbantu link URL.
Cara paling sederhana adalah, pertama-tama kita harus menyimpan file terlebih dahulu pada sumber penyimpanan online, misal salah satunya adalah Google Drive. Setelah file tersebut aman tersimpan, maka langkah berikutnya adalah dengan mengubah setting file menjadi terbuka. Jika sudah muncul URLnya, tinggal di copas pada postingan blog.


Logo Google Drive.


Minggu, 16 September 2018

Mengungkap Makna dibalik Peristiwa

          Pertanyaan yang selalu ditanyakan facebook untuk kita, menarik untuk dicermati. “Apa yang Anda pikirkan?” Dari kalimat tanya sederhana ini, jutaan masyarakat bersedia menceritakan keluh kesah, kebahagiaan dan emosi pada seluruh lingkaran pertemanan dunia maya. Dengan dalih ekspresi diri, kita memerlukan wadah. Facebook memahami kebutuhan itu, lalu jadilah facebook sebagai sarana paling laris untuk curhat, yang selanjutnya diikuti oleh media sosial daring lainnya.
            Membaca buku Melawan Kuasa Perut karya Rahmat Petuguran, kita akan disodorkan 30 esai yang seluruhnya adalah tumpahan pemikirannya. Latar belakang lahirnya esai-esai ini berasal dari hal-hal kecil yang mengganggu pikiran Rahmat. Saya akui, apa yang dilakukan penulis buku ini membawa kita pada satu hal penting. Kita dipaksa menyepakati bahwa akan ada sesuatu yang lebih kompleks dibalik semua hal, meski hal-hal kecil sekali pun.
            Salah satu kerisauannya tampak pada sajian berita kriminalitas di televisi. Mulanya pemirsa akan berekspresi ngeri, kemudian nada kecaman muncul sebagai bentuk empati sesama manusia. Namun apabila berita semacam itu selalu tersaji, dalam jangka paparan yang panjang, akan cukup menghilangkan empati manusia (hlm. 15). Alhasil, ngeri hanya akan menjadi ekspresi sesaat. Hilangnya sensitifitas perasaan manusia, menjadikan otot lazim digunakan sebagai pengurai masalah ketimbang otak.
            Jika ditarik garis lurus, pola yang sama dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana anak muda mengimajikan kesuksesan di benak mereka. Sukses bagi mereka penikmat aktif sajian televisi, bersumber pada harta dan kepopuleran. Hal inilah yang kemudian dianggap Rahmat mampu melanggengkan industri idola: ber­jilid-jilid acara ajang pencarian bakat dengan ribuan antrean peserta (hlm. 45).
            Diantara sekian keputusan yang kita ambil, secara tidak sadar banyak dipengaruhi oleh doktrin halus yang diselipkan melalui iklan televisi. Dalih praktis dibenarkan oleh masyarakat untuk mengganti jajanan tradisional dengan aneka roti kaleng saat selebrasi lebaran (hlm. 78). Namun sekarang televisi bukan lagi pemain tunggal. Internet dengan berbagai media sosialnya mulai mengambil peran. Pemetaan selera berbusana, makanan, bahkan orientasi politik tersaji begitu lapang. Tinggal menunggu analis yang berkepentingan untuk memanfaatkannya.
         Urusan perut benar-benar menyita ambisi kita, sekaligus lahan bagi kaum industri. Jika kita tidak kritis, hanya mengikuti arus, bisa-bisa bangsa kita kembali menjadi bangsa yang terjajah. Melalui buku ini, Rahmat ingin mencoba membangun sikap kritis kita demi sebuah bangsa yang merdeka, lebih khusus lagi rakyat yang merdeka.

Selasa, 28 November 2017

Magang MK Praktik Perkantoran


            Kepada seluruh mahasiswa semester VII konsentrasi Administrasi Perkantoran, berikut saya sampaikan terkait instruksi yang harus dipahami oleh masing-masing kelompok sekaligus pedoman magang:
     1.      Setelah mendapatkan surat, masing-masing kelompok mengantarkan surat tersebut kepada instansi yang dituju sekaligus menyerahkan pedoman magang yang sudah terjilid rapi.
      2.      Nama kelompok terlampir dibalik surat. Mohon nama kelompok masing-masing diberi stabilo warna sebagai penanda (karena pada isi surat nama mahasiswa tidak kami sebutkan).
      3.      Jika terjadi penolakan, maka mahasiswa harus segera lapor, kemudian segera mencari lokasi baru, selanjutnya segera saya buatkan surat pengantar yang baru.
      4.      Masing-masing mahasiswa silakan membaca buku pedoman magang dengan teliti. Yang dibuat oleh masing-masing mahasiswa adalah lembar logbook dan lembar penilaian. Khusus untuk lembar presensi cukup 1 kelompok saja.
     5.      Laporan disusun secara rapi sesuai dengan aturan yang ada dipedoman, dijilid soft cover warna merah. Isi lampirannya adalah presensi dan logbook anggota kelompok. Khusus untuk lembar penilaian dikumpulkan terpisah (tidak dijilid dengan laporan).

     6.      Pedoman magang dapat diunduh di sini. Mohon sebelum dicetak, dicek terlebih dahulu urutan perhalamannya. Dikhawatirkan terjadi pergeseran halaman ketika mengunggah.

Rabu, 17 Mei 2017

Praktik Surat Menyurat

          Kali ini Saudara akan saya bawa untuk memahami bagaimana alur prosedur tata kelola korespondensi perkantoran. Tentunya Saudara masih mengingat praktik pertemuan yang lalu, dimana Saudara telah belajar untuk mengisi beberapa administrasi prosedur tata kelola korespondensi perkantoran.
            Minggu lalu kita telah bertemu dengan lembar disposisi, buku agenda masuk dan keluar sekaligus cara pengisiannya. Kali ini kita masih sama, mengisi lembar disposisi, buku agenda masuk dan keluar hanya saja saat ini Saudara yang bertugas sebagai sekretaris membuat dari awal masing-masing dokumen yang dibutuhkan di atas.
            Semua keperluan sudah saya persiapkan di sini. Silakan unduh. Yang perlu Saudara perhatikan:
1.      Berpasanganlah dengan kawan sebelah.
2.      Surat yang ada, masih berupa surat rumpang. Teliti dan koreksi.
3.   Yang harus Saudara koreksi adalah kelengkapan suratnya mulai dari: kop, tanggal, urutan penomoran, perihal, isi paragraf surat sampai pada siapa yang bertanda tangan.
4.   Setelah surat lengkap, maka proses ke dalam lembar disposisi, buku agenda masuk dan buku agenda keluar.

5.  Saudara membuat sendiri form lembar disposisi, buku agenda masuk dan buku agenda keluar. Ini saya maksudkan untuk mengasah kemampuan Saudara dalam mengelola administrasi perkantoran khususnya korespondensi.

Selamat mengerjakan. Ingat, pentingnya identifikasi awal sebelum Anda mengerjakan.

Rabu, 22 Maret 2017

Desain Pembelajaran Praktik SM


            Seperti yang telah kawan-kawan ketahui, selama dua hari kampus kita didaulat sebagai tuan rumah pelaksanaan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tingkat Perguruan Tinggi (ONMIPAPT). Selama itu pula beberapa ruang digunakan untuk pelaksanaan olimpiade, termasuk ruang perkuliahan kita.
            Oleh karena itu kali ini saya mendesain pembelajaran untuk MK Praktik Surat Menyurat dengan konsep latihan non tatap muka. Desain ini saya pilih karena karakter MK kita adalah praktik, dan praktik ini mengandung hukum: orang yang sering atau terbiasa melakukan, pasti menjadi orang yang ahli.
            Pertimbangan lainnya: penugasan portofolio sampai pertemuan minggu lalu saya menilai masih minim yang mengumpulkan, selain itu kelengkapan latihan serta berkasnya pun masih belum sempurna. Berkaca dari hal-hal di atas, maka untuk latihan non tatap muka kawan-kawan lakukan hal berikut:
     1. Latihan Typing Master yang awalnya pendataan latihan minimal 10 kali, saya tingkatkan menjadi latihannya minimal 20 kali. Sehingga bagi kawan-kawan yang masih mendata 10 latihan, tambah 10 latihan lagi. Catat hasilnya seperti kolom kemarin dan satu result typing test yang dicetak.
     2. Pembuatan artikel tentang unsur-unsur organisasi silakan dilanjutkan, dengan ketentuan pengetikan seperti kemarin.
     3. Silakan berlatih, dikerjakan yang rapi, jangan sampai ada berkas yang tertinggal atau tidak terisi karena Anda memiliki jangka waktu yang panjang untuk berlatih. Dikumpulkan Kamis depan dengan sudah tertata rapi pada snelhecter (kolom terisi dan berkas terlubangi).
     4. Bagi yang terlambat mengumpulkan atau terdapat kesalahan yang tidak dapat saya tolelir, saya anggap tidak berhak mengisi presensi. Disinilah letak bidikan tujuan pembelajaran: ketelitian.
_______

Penugasan Anda kurang lebih seperti di atas. Selanjutnya bagi kawan-kawan yang ingin lebih mengasah kemampuan penataan naskah dan penataan ketatabahasaanya, saya informasikan Perpustakaan UPGRIS menyelenggarakan lomba resensi buku. Silakan bagi kawan-kawan AP yang berminat untuk mendaftar. Lomba ini sekaligus moment bagi kita untuk menerapkan hasil latihan tentang tata kelola naskah yang kita pelajari minggu lalu.
Mengikuti lomba resensi ini tidak wajib, namun bagi yang mengikuti saya bisa catat Anda memiliki poin plus dalam kaitannya penerapan ilmu dan pengembangan kompetensi AP khususnya: mahasiswa AP mampu membuat naskah.
Informasi tentang lomba resensi perpustakaan silakan lihat di sini. Sedangkan jika Anda belum tahu apa itu resensi, silakan baca di sini.

Selamat mengembangkan kemampuan. Saya tunggu daftar nama yang mengikuti lomba :)

Selasa, 07 Februari 2017

Pelayanan Prima dalam Pelayanan Publik


            Berita gubernur Jambi yang melakukan inspeksi mendadak pada sebuah rumah sakit di Jambi, sepertinya menjadi buah bibir masyarakat menutup penghujung bulan Januari. Dalam inspeksinya gubernur Jambi menyampaikan bahwa pihaknya banyak menerima keluhan dari masyarakat terkait kesiapan pelayanan di rumah sakit tersebut. Tanggapan masyarakat cukup beragam, ada yang mengapresiasi dan ada pula yang mengkritisi. Sedikit bernostalgia, hal yang sama juga pernah dilakukan oleh gubernur Jawa Tengah dalam menguak fenomena pungutan liar yang terjadi di jembatan timbang pantura April 2014 silam.
            Ombudsman Republik Indonesia (ORI) sebagai lembaga negara yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, merilis hasil penelitian tentang kepatuhan pemerintah pusat dan daerah terhadap standar pelayanan publik tahun 2016. Dari 33 provinsi 39,99% terkategori sebagai zona hijau atau predikat kepatuhan tinggi; 39,39% terkategori zona kuning atau predikat kepatuhan sedang; lalu sisanya 21,21% terkategori sebagai zona merah atau predikat kepatuhan rendah. Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat kesembilan pada zona hijau, dengan urutan pertama yaitu Jawa Timur.
            Sejak tahun 2015 ORI telah memetakan peningkatan pelayanan publik, pada tahun 2016 zona hijau pemerintah provinsi ditargetkan sebesar 70%. Dari penelitian tersebut diketahui komponen standar pelayanan yang sering dilanggar adalah hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang cepat dan transparan, serta kurang jelasnya alur pemberian masukan atau pengaduan terkait penyelenggaraan pelayanan. Hal yang dapat kita garis bawahi adalah, pelayanan prima yang banyak menjadi tagline instansi ternyata sesuatu yang sulit untuk dicapai.
            Sebagai instansi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas, pelayanan prima mutlak untuk diterapkan. Konsep pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan sehingga pelanggan merasa tidak dikecewakan. Penerapan pelayanan prima diawali dengan penetapan standar pelayanan. Standar pelayanan ini digunakan sebagai pedoman pelayanan sekaligus tolok ukur penilaian kualitas layanan. Pedoman penyusunan standar pelayanan termuat dalam Permen PANRB nomor 15 tahun 2014.
            Saya yakin setiap instansi sudah memiliki standar pelayanan yang baku, hal ini dapat kita amati biasanya ruangan pelayanan terdapat poster yang memuat informasi alur pelayanan beserta petugas yang siap untuk memberikan penjelasan prosedur pelayanan. Jika standar pelayanan kita ibaratkan sebagai sebuah alat, maka alat ini akan berfungsi sebagaimana mestinya jika pengguna mempergunakan dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Sumber Daya Manusia
            Dimensi pelayanan prima dalam pelayanan publik memuat tentang ketepatan waktu pelayanan, akurasi, sikap pemberi layanan, jumlah petugas, ketersediaan sarana dan prasarana serta tanggung jawab dalam penanganan keluhan (Mukarom, 2015). Pada suatu waktu kita pernah merasa kurang puas dengan pelayanan sebuah instansi karena pelayanan petugas yang tidak ramah dan pelayanan lamban. Inilah mengapa standar pelayanan yang sudah dimiliki harus didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Man behind the gun.
             Petugas pelayanan merupakan eksekutor lapangan. Mereka adalah orang yang berhadapan langsung dengan pelanggan, bahkan dari petugas inilah pelanggan akan memberikan penilaian atas pelayanan yang diperolehnya. Petugas bagian pelayanan harus memiliki kepribadian cekatan, teliti, sabar, ramah, berpenampilan rapi serta mampu berkomunikasi dengan baik.
            Aspek SDM rupanya menjadi kunci utama dalam hal pelayanan prima. Selain kualitas kepribadian, petugas pelayanan juga harus menyadari peran dan tanggung jawabnya. Untuk mendorong terciptanya SDM bidang pelayanan yang berkualitas, pihak manajemen memiliki tugas untuk mendesain administrative expert yang meliputi sistem seleksi, training, pengembangan, penghargaan kinerja serta pengelolaan SDM yang baik (Ulrich, 1997).
            Terlihat jelas bahwa keberhasilan sebuah pelayanan tidak hanya bergantung pada ada atau tidaknya standar pelayanan, tetapi juga dipengaruhi oleh SDM dan desain dari pihak manajemen. Pada tahap selanjutnya instansi harus memiliki program pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan. Pengawasan salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk survey kepuasan masyarakat seperti yang diamanatkan dalam Permen PANRB nomor 16 tahun 2014, survey minimal dilakukan setahun sekali. Hasil penelitian ORI mengungkap sebanyak 60,73% instansi tidak melakukan survey kepuasan masyarakat. Ini semakin memperkuat asumsi standar pelayanan yang telah disusun tidak diimbangi dengan usaha pengawasan.

Tentunya hal-hal peningkatan pelayanan prima semacam ini tidak terbatas hanya dilakukan oleh instansi pemerintah saja, instansi apa pun yang berkaitan dengan pelayanan publik sebagai kegiatan utama perlu untuk memikirkan dan menerapkan konsep pelayanan prima. Pelayanan prima merupakan komitmen bersama, karena kita adalah apa yang pelanggan rasakan.

Rabu, 01 Februari 2017

SOP RKM (Administrasi)

Assalamualaikum Wr. Wb ...
            Mahasiswa Administrasi Perkantoran yang saya banggakan, berikut ini tindak lanjut dari tatap muka pelatihan tempo lalu. Saya telah merincikan standar pelayanan dan prosedur operasional standar Rumah Kreasi Mahasiswa (RKM) yang bidang administrasi. Silakan Anda bisa download di sini.
            Silakan menjalankan tugas sesuai dengan jadwal piket yang telah ditentukan. Saya memiliki pandangan yang justru kompleks tentang kegiatan RKM ini. Pertama, RKM dapat kita gunakan untuk mengasah kemampuan dalam meng-handle lika-liku bagian administrasi; kedua, kita bisa belajar untuk wirausaha. Kata orang, untuk menjadi entrepreneur terkadang mereka bingung harus mulai dari mana. Tidak sedikit juga yang merasa malu untuk memulai langkah pertama. Dengan adanya RKM ini mari kita gunakan untuk belajar berwirausaha. Tidak perlu malu, lha wong ini rame-rame, banyak temennya. Justru malah tidak ada kata malu, kan yang menjualkan produk kita adalah mereka yang bidang pemasaran. Kita hanya perlu mencari barang, titipkan, lalu biarkan mereka melakukan keahliannya.
            Pesan saya:
      1.      Amatilah ruang kerja. Buka-buka saja rak arsip yang ada di belakang meja kasir supaya tahu detail masing-masing formulir letaknya dimana.
      2.      Pak David telah menyiapkan beberapa instruksi yang terjilid rapi di meja dan tertempel di dinding, amati, pahami agar mengetahui alur dengan jelas.
     3.      Beberapa peralatan mungkin akan sedikit bergeser pemanfaatannya dari SOP yang telah saya susun, tapi tidak masalah. Misalnya: ordner untuk sementara menggunakan snelhecter, formulir yang rencana akan ditulis secara soft file ada beberapa yang menulis secara manual.
      4.      Bagian administrasi nanti juga akan menginput data di MYOB. Tidak perlu khawatir, kita hanya menginput bagian administrasi awalnya saja, tidak sampai proses penghitungannya (itu bagian akuntansi). Nanti akan dipandu oleh bidang akuntansi. Ini sekaligus bisa kita gunakan untuk menambah ilmu tentang software MYOB, walaupun hanya perkenalan ringan.
     5.      Masing-masing bagian memiliki target kerja. Untuk bagian administrasi target kerjanya adalah, minimal 90% mahasiswa Pendidikan Ekonomi menjadi anggota RKM. Ini moment kita untuk melakukan kegiatan kehumasan.

Selamat menjalankan tugas, selamat berkreasi, semoga kegiatan ini memberikan manfaat untuk menempa diri kita bersiap menjadi manusia yang banyak akal.

Wassalamualaikum Wr Wb ....

Kamis, 24 November 2016

Tugas Filsafat Ilmu Ekonomi


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh ...

Kawan-kawan mahasiswa yang saya banggakan, untuk pendalaman perkuliahan FIE maka saya memiliki sebuah desain penugasan mandiri untuk Anda.

            Berikut ini adalah tugas yang harus Anda diskusikan:

1.      Teori mazhab klasik memiliki awal mula dari pemikiran yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia akan terpenuhi dengan cara yang paling baik bilamana sumber-sumber daya produksi digunakan secara efisien dan yang tidak kalah pentingnya adalah hasil produksi dijual melalui persaingan yang bebas. Dari pernyataan di atas, coba Anda renungkan kemudian berikan contoh riil yang dapat Anda amati terjadi di Indonesia!

2.      Landasan ekonomi klasik bertumpu pada kepentingan pribadi dengan kemerdekaan alamiah sehingga setiap orang tahu apa yang perlu dan apa yang menguntungkan bagi dirinya. Ternyata era ekonomi klasik ini juga menjadi tata susunan ekonomi kapitalis. Renungkan pernyataan di atas, kemudian sesuai dengan pengamatan dan pengalaman Anda paparkan sejauh mana ekonomi kapitalis menguasai Indonesia saat ini!

3.      J.S. Mill seorang Utilitarian pada tahun 1984 menulis buku Principles of Political Economy yang berupaya memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial (masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan persaingan antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit). Permasalahan apa saja yang Anda tangkap terjadi di Indonesia terkait:
a)      Daya dukung masyarakat terhadap kemakmuran bangsa.
b)      Perlindungan terhadap produk dalam negeri.

4.      Pendapat J.S. Mill  juga selaras dengan pernyataan dalam On Liberty dan Utilitarianism bahwa setiap tindakan manusia akan dinilai etis jika tindakan tersebut tunduk pada prinsip kegunaan dalam mengupayakan kebahagiaan. Anda sebagai mahasiswa yang telah belajar Filsafat Ilmu Ekonomi, bagaimana Anda memandang konsumerisme dikalangan mahasiswa dan bagaimana solusi yang Anda anggap tepat untuk mengatasi hal tersebut?
____________
Ketentuan pengerjaan:
1.      Tugas ini bersifat individu, namun dalam proses pengerjaannya Anda disarankan untuk berdiskusi.
2.      Jawaban, statement atau argumen yang Anda berikan akan lebih bagus jika bernilai empiris (karena itulah salah satu ciri filsafat), sehingga saya sangat mendorong Anda untuk memaparkan data dan fakta untuk mendukung setiap argumen yang Anda kemukakan.
3.      Untuk batas waktu pengumpulan adalah hari ini (24 November 2016), dengan ketentuan diserahkan kepada PJ: 3A (maksimal 12.00), 3B (maksimal 13.00), 3C dan 3D (maksimal 16.00). Selanjutnya PJ mengumpulkan ke ruang dosen lantai 3, taruh di pojok utara bawah AC.
4.      Pengumpulan tugas ini sekaligus saya anggap sebagai bukti kehadiran.
5.      Jawaban di tulis tangan pada kertas folio. Oleh karena itu jawaban jangan panjang bertele-tele namun tanpa makna, belajarlah membuat argumentasi yang padat namun tepat!
6.      Jangan merasa terbebani, selamat mengerjakan, selamat berkreasi, semoga Tuhan memberikan limpahan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.


Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Rabu, 22 Juni 2016

Membaca Realita


            Tepat lima belas menit sebelum jam kantor usai, telepon genggam ku berdering. “Mas nanti pulang kerja jangan telat ya. Janjinya kita hari ini mau nonton.” Suara diujung telepon mengingatkan sebuah janji yang telah ku ikrarkan kepada Tia.
            “Iya sayang, ini sebentar lagi selesai. Paling cuma meeting singkat.” Jawabanku rasa-rasanya bukan jawaban yang tepat sampai Tia terdengar menggerutu. Kita bukan lagi ABG kemarin sore yang baru memadu kisah kasih cinta monyet. Tapi begitulah Tia, dengan segala kemanjaannya dia selalu berhasil membuat aku bertekuk lutut dan mengabulkan segala permintaannya. Apalagi menolak permintaan istri yang sedang hamil, pamali. Kata orang bayinya nanti ngileran.
            “Bro kerjaaan ku sudah beres. Aku pulang duluan.”
            “Eh eh ... buru-buru banget, masih juga jam segini.”
            “Biasa Bos...... Rio mau nge-date ­tuh sama istrinya ...” Ocehan Kepala bagian dan Ratna sama sekali tidak aku tanggapi serius. Aku terus menggerakkan tangganku menata tumpukan berkas yang sedari pagi bagaikankan menara Pisa aku tata sedemikian rupa hingga menyerupai gedung hotel Ciputra dan Horison yang bersebelahan. Kokoh, simetris dan menjulang ke atas.
            “Tia ngajak nonton Bos.” Sedikit komentar ku kepada mereka berdua dengan senyum tipis.
            “Ceile .... sempet-sempetnya ya kalian. Masih kayak anak kuliahan aja. Nonton apaan? Rangga sama Cinta?”
            “Ho’o Bos.” Sekali lagi jawaban ku membuat seisi ruangan jadi ramai. Mereka gaduh, ada yang menepuk meja, ada yang mengeluarkan kata ciyee..., sampai ada yang siul-siul tak jelas maksudnya. Entahlah siapa yang sebetulnya mirip anak kuliahan.
            Di tengah keriuhan yang dilakukan seluruh teman kantor, suara Riana memecah olok-olokan mereka. “Lah ngantre tiketnya berapa lama? Rangga – Cinta mah lagi hits banget, semua ABG labil pada rebutan tiket.”
            Big thanks buat Riana yang sukses nambahin keriuhan kantor dengan menyejajarkan aku pria yang sudah berkepala tiga dengan mereka para ABG yang suka selfie di deretan antrean loket bioskop lalu diunggah di Path supaya kekinian katanya.
            Sebelum waktu ku semakin habis menanggapi orang-orang kantor yang seakan tidak kangen dengan rumah mereka, aku bergegas menuju parkiran dan memacu kendaraan secepat mungkin, berharap kemacetan jam pulang kerja belum seberapa mengular.
Rasa cinta yang membuncah di dalam dada, apalagi cinta masa muda yang penuh dengan gelora, memang memberikan sensasi kenangan tersendiri. Aku masih ingat bagaimana dulu saat masih remaja, aku begitu mendambakan Tia untuk menjadi pendamping hidup. Tak peduli secuek apapun dia dalam menanggapi semua usaha ku, aku tetap memburunya. Aku pun tak tahu itu memang benar penilaian ku Tia bersifat cuek, atau aku yang sama sekali tak memiliki kekuatan hingga usahaku begitu kecil dan sama sekali tak nampak di hadapannya. Tapi toh akhirnya semesta berpihak kepada ku.
Pernah suatu ketika aku ditegur oleh Ayahnya karena pulang agak larut setelah menghabiskan malam Minggu. Tia sedikit membelaku dengan pernyataannya yang dia ucapkan kepada Ayahnya. Dia mengatakan kalau acara pagelaran ketoprak di Taman Budaya Raden Saleh mengalami pergeseran jadwal sehingga acara ketoprak pun selesai agak mundur waktunya. Padahal acara dimulai tepat pukul 19.00 hingga durasi dua jam penampilan.
            Aku ingat betul bagaimana syahdunya malam itu, ketika kita selesai menyaksikan pagelaran ketoprak dan aku melihat Tia saat itu nampak dia masih mengharapkan kebersamaan kita bisa bertambah sebentar lagi. Walaupun masih melekat erat di memorinya ucapan Ibu sore tadi yang berpesan jangan pulang lebih dari jam 21.00. Pesan yang terucap dari seorang Ibu yang khawatir kepada anak gadisnya, tepat sebelum kami meninggalkan gerbang rumah.
            Aku pun sama, masih mengingat jelas kata-kata Ibunya. Tapi entah setan apa yang merasuki pikiranku, dengan gugup aku mengajaknya mampir menikmati wedang ronde di pinggiran jalan Pahlawan malam itu. Diantara deretan abang tukang ronde, kita pilih satu yang tak terlalu ramai. Malam itu hanya aku, Tia dan sepasang mangkuk berisikan wedang ronde milik kita.
Lalu lalang kendaraan dan pengamen jalanan yang mencoba mengais rejeki menjadi intermezo bagi kita. Obrolan demi obrolan serasa tak sebanding dengan jumlah belahan kacang dan butiran ronde yang ada di mangkuk kami. Oleh sebab itu kami berusaha menyeimbangkannya dengan cara satu sendokan berisi satu belahan kacang atau satu butir ronde setara dengan 5 menit obrolan. Hal yang tidak lazim, tetapi lampu-lampu penerangan jalan berkata itu hal yang wajar dan supaya aku lebih percaya mereka merunduk berbisik kepada ku, lalu sekali lagi berkata orang lain juga melakukan hal itu termasuk sepasang kekasih yang duduk di ujung jalan sana.
            Persekongkolan antara setan dan lampu penerangan jalan sangat sukses. Mereka mampu membaca sebuah kenyataan kalau kita juga sebenarnya tidak ingin suasana ini cepat berakhir.
            Segala macam cerita dan berjuta kenangan masih rapi tersimpan di sini, di hati. Apa pun yang dulu kita lalui, saat ini sudah menjadi cerita bersama karena aku dan Tia saat ini sudah seatap.
            Rencana nonton bareng dengan Tia akhirnya terwujud juga. Selain karena aku pulang kantor agak awal, juga karena kita milih jam nontonnya jam 21.00 jadi ya anak-anak bau kencur lumayan tereliminasi jam segitu. Kecuali ada persekongkolan antara setan dan sutradara film yang membisiki telinga mereka.
            “Sayang film ini bagus banget lho. Ada satu tempat di Magelang yang sebelumnya aku ingin ajak kamu ke sana tapi malah keduluan dipakai buat shooting film. Huhh...!!!”
            “Loh kenapa kita tidak asal ke sana sayang?” Jawab ku singkat tapi penuh tanda tanya.
            “Ah males, nanti dikira kayak ABG mburu lokasi shooting biar ngehits.” Jawabnya juga singkat dan mengundang tawa ku.
            Itulah Tia dengan segala kemampuannya untuk mengorek behind the scene-nya semua film yang bakal kita tonton. Termasuk film ini, yang sejak kemarin dikepoin sama dia. Obrolan kita perlahan berkurang seiring dengan meredupnya lampu bioskop hingga kita benar-benar terdiam saat suasana gelap total.
            Kita sama-sama terlarut dalam tiap adegan dan saling memandang ketika ada beberapa adegan yang rasa-rasanya demikianlah sepasang kekasih saat hatinya sudah terpaut dengan satu pilihan.
            Ketika film usai, teramat banyak hal yang kita bahas. Sampai-sampai kita tidak sadar suara kita begitu lantangnya hingga tiap orang yang kita lalui dari gedung bioskop hingga parkiran semuanya menoleh memperhatikan kita. Ya, begitulah kita. Walau pun terkadang obrolan kita malah seakan kita sedang membuat skenario film sendiri. Aneh dan sama sekali tidak nyambung dengan film yang telah kita tonton.
            “Mas, Rangga itu mirip kamu ya.”
            Disebut mirip Nicholas Saputra, aku cengar-cengir.
            “Rangga Mas, bukan Nicholas.” Tia paham maksud cengar-cengir ku.
            “Rangga itu suka nulis. Punya buku bacaan banyak. Kemana-mana otaknya suka merekam kejadian sekitar. Dia juga kalau ngomong kalimatnya puitis gitu.”
            Karena merasa karakter Rangga memang sedikit agak mirip, aku menanggapinya masih dengan cengar-cengir. “Namanya juga film sayang, kadang ada yang mirip dengan kehidupan kita.” Aku akhiri dengan berdehem, menambahkan kesan cool.
            “Tapi beneran deh, Rangga juga lagi nulis buku tapi gak kelar-kelar. Sama kayak Mas kan.”
            Mulutku terbuka bersiap mengeluarkan kata pertama untuk menanggapi, tapi belum sampai keluar kata itu  Tia sudah melanjutkan lagi.
            “Mas juga kalau lagi membuat kesalahan bisanya cuma bilang maaf berkali-kali. Mukanya bengong.”
            Aku mulai merasa tidak nyaman.
            “Dulu juga Mas pernahkan hampir memutuskan hubungan kita gara-gara Mas tidak yakin suatu saat nanti bisa sukses.”
            “Ya itu wajar sayang kalau semua lelaki berpikiran seperti itu, takut pacarnya hidup susah setelah dinikahi kelak. Takut ternyata kita bukan pasangan yang pas. Takut ternyata yang bisa membahagiakan kamu itu seharusnya orang lain.” Jawab ku setengah curhat.
            “Ya, persiskan Rangga.”
            Sejenak suasana berubah hening. Seakan Tia sedang marah tetapi bukan dalam kondisi marah yang seperti biasanya dengan emosi yang meledak-ledak dan raut wajah yang tegang. Suasananya aneh, Tia seakan marah tetapi marah secara halus. Benar-benar aneh, karena aku pun tak tahu marah secara halus itu yang bagaimana.
            Sayang yang kamu lakukan ke saya itu, jahat!!!
Aku ingin menjawab seperti itu. Namun rupanya itu hanya ku suarakan dalam hati. Yang terucap sebagai jawaban untuk Tia adalah “Iya, maaf sayang.”

***